Suasana Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi V DPR dengan Kepala BMKG dan Kepala BNPP/Basarnas di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta pada Senin (1/12/2025). Foto: Luthfi Humam/kumparan
Kepala Badan Meteorologi, Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Teuku Faisal Fathani menjelaskan bagaimana Siklon Tropis Senyar terbentuk.Badai dahsyat ini menjadi penyebab terjadinya curah hujan tinggi yang mengakibatkan bencana hidrometereologi di tiga provinsi di Sumatera.
Menurut Faisal, Siklon Senyar adalah misteri sekaligus anomali.
"Siklon Senyar sendiri ini terjadi karena adanya berbagai faktor, ada angin monsun dari Asia, ada serukan dingin dari Siberia. Kemudian IOD (Indian Ocean Dipole) negatif di daerah Samudera Hindia, dan juga diperkuat dengan suhu permukaan laut di Selat Malaka yang cukup tinggi, sehingga terbentuklah awan," kata Faisal saat menghadiri rapat kerja bersama Komisi V DPR pada Senin (1/12).
Siklon Tropis Senyar menyebabkan cuaca ekstrem di Sumatera, November 2025. Foto: Dok BMKG
Ia mengatakan, siklon Senyar ini sempat diprediksi akan melintasi Aceh lalu ke Malaysia. Namun, ternyata siklon itu terhalang dan mengakibatkan turunnya hujan dengan intensitas tinggi.
"Ini (siklon Senyar) karena dia berputar-putar di Selat Malaka, maka terjadilah curah hujan ekstrem lebih dari 1 hari, jadi 2 hingga 3 hari. Ini yang menyebabkan eskalasi bencananya demikian besar karena siklonnya terlalu lama berada di daerah tersebut," terang Faisal.
Lebih lanjut, Faisal menjelaskan, curah hujan tinggi itu setara dengan kuota air hujan untuk satu bulan tapi turun sekaligus dalam beberapa hari saja.
"Curah hujan pada 25 November, 26 November, hingga 27 November itu sampai hitam warnanya, itu sangat ekstrem. Bahkan tertinggi ada yang 411 mm per hari di Kabupaten Bireuen. Ini bahkan lebih tinggi dari hujan bulanan di sana, mungkin satu setengah bulan, ya," tutur Faisal.
"Ini yang menyebabkan bencana hidrometeorologi memang sangat masif terjadi karena tanah kemudian tidak mampu atau lahan tidak mampu dalam menahan tumpahan air hujan yang demikian banyak hingga terjadilah banjir bandang, longsor, dan banjir," pungkasnya.
Hingga Minggu (30/11) malam, jumlah korban tewas di Aceh, Sumut, dan Sumbar mencapai 442 orang dan korban hilang 400-an orang. Jutaan orang terdampak.