Pameran kebudayaan khas Kalbar yang dihadirkan di Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XII Kalimantan Barat. Foto: Dok. Hi!Pontianak
Hi!Pontianak - Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XII Kalimantan Barat menggelar kegiatan bertajuk 'Semarak Hari Kebudayaan' pada 24–25 Oktober 2025 untuk memperingati Hari Kebudayaan Nasional yang jatuh pada tanggal 17 Oktober. Kegiatan ini menjadi momentum untuk memperkenalkan dan mengangkat kembali kekayaan warisan budaya tak benda (WBTb) asal Kalbar kepada masyarakat luas.
Kepala BPK Wilayah 12 Kalimantan Barat, Julia Adi, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk partisipasi aktif dalam menyemarakkan Hari Kebudayaan yang belum genap setahun ditetapkan melalui keputusan Menteri Kebudayaan RI.
"Walaupun penetapannya belum lama, semangat kita untuk menggelorakan nilai-nilai budaya sudah harus terus tumbuh. Melalui kegiatan ini, kami ingin memperlihatkan betapa beragamnya budaya dan tradisi yang hidup di Kalimantan Barat," kata Julia Adi saat ditemui pada Jumat, 24 Oktober 2025.
Acara Semarak Hari Kebudayaan diisi dengan berbagai kegiatan menarik, seperti pementasan seni, pameran makanan khas daerah, serta peragaan wastra atau kain tradisional Kalimantan Barat yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia.
Julia menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi sarana edukasi dan apresiasi terhadap kekayaan budaya yang dimiliki daerah.
"Prinsipnya, melalui kegiatan ini kita ingin masyarakat tahu bahwa Kalimantan Barat memiliki banyak sekali warisan budaya yang perlu dijaga dan dikenalkan kembali," ujarnya.
Selain memperkenalkan WBTb yang sudah diakui, acara ini juga sekaligus menjadi momentum untuk mendorong pengusulan warisan baru. Julia mengungkapkan, pada tahun 2025 ini, Kalimantan Barat berhasil menambah 18 warisan budaya tak benda baru sehingga total telah memiliki sebanyak 98 warisan budaya tak benda Indonesia.
"Capaian ini merupakan hasil kerja sama pemerintah kabupaten dan kota se-Kalimantan Barat yang dikoordinasikan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi," jelasnya.
Terkait keberlanjutan acara, Julia sendiri menyebut bahwa Semarak Hari Kebudayaan belum menjadi agenda tahunan.
"Untuk sementara ini, kegiatan masih bersifat awal. Kami akan melihat perkembangannya ke depan. Harapannya, dengan dukungan dinas provinsi, kegiatan semacam ini dapat menjadi agenda rutin tahunan untuk memperkuat sinergi dalam pelestarian budaya," tutur Julia.
Dengan semangat yang menyala dari Bumi Khatulistiwa, Semarak Hari Kebudayaan bukan sekadar perayaan, melainkan sebuah seruan untuk menjaga denyut kehidupan budaya bangsa agar tradisi tidak sekadar diingat, tetapi terus hidup di tengah masyarakat.