Kenali Tanda-tanda Disleksia pada Anak dan Cara Membantunya. Foto: suriyachan/Shutterstock
Seorang ibu melalui akun TikTok @bang.ghani membagikan kisah buah hatinya yang mengalami disleksia. Awalnya ia mengira anaknya itu belum siap menulis, atau sedang malas dan terburu-buru. Tapi semakin lama ia sadar ada pola yang berbeda.
Tulisan anaknya itu hampir tak terbaca, huruf besar dan kecil bercampur, angka dan huruf sering terbalik, Penulisan b jadi d, w jadi m. Ada masa di mana anaknya itu menangis frustrasi sambil berkata "Ghani nggak bisa menulis" "Ghani nggak bisa menulis".
Ia lantas mengajari anaknya latihan pelan-pelan. Strategi menulis yang efektif untuk anak disleksia adalah menggabungkan struktur, pengulangan, dan pembelajaran multisensori seperti menulis di pasir hingga cat jari. Selain itu terkadang menggunakan magnet alfabet, hingga membuat huruf dari playdough.
Berkat latihan yang konsisten, anaknya pun mulai semangat menulis dan lebih percaya diri.
Dokter Spesialis Anak, dr. Aisya Fikritama, Sp.A, menjelaskan bahwa anak dengan disleksia mengalami kesulitan dalam memetakan huruf, bunyi, dan kata. Sehingga latihan membaca, menulis, dan mengeja, terasa jauh lebih berat dibandingkan teman-temannya.
"Bukan karena malas, bukan karena kurang cerdas, dan bukan karena gangguan penglihatan. Banyak anak disleksia cerdas dan kreatif, mereka hanya butuh cara belajar yang berbeda," ujar dr. Aisya saat dihubungi kumparanMOM, Kamis (16/10).
Namun, jika orang tua mulai curiga anaknya punya tanda-tanda disleksia, sebaiknya lakukan:
Ilustrasi ibu mengajari anak menulis Foto: Shutterstock
1. Evaluasi dan Metode Belajar
Langkah pertama adalah konsultasi dengan psikolog pendidikan atau dokter anak yang memahami kesulitan belajar. Jika diagnosis menunjukkan disleksia, anak membutuhkan latihan membaca dan menulis dengan metode multisensori yang melibatkan suara, gambar, gerak, dan pengulangan.
2. Dukungan dan Akomodasi
Dukungan orang tua sangat penting, sebab disleksia bukan karena malas. Di sekolah, anak bisa dibantu melalui program remedial atau akomodasi belajar, seperti waktu ujian lebih lama atau tugas dibacakan, sehingga anak tetap bisa berprestasi dan berkembang dengan percaya diri.
"Yang nggak kalah penting, orang tua perlu mendukung dan memberi semangat, bukan menekan. Dengan cara belajar yang tepat, anak bisa tetap berprestasi seperti teman-temannya," tegas dr. Aisya.