Anak Diare Tak Kunjung Sembuh? Bisa Jadi Karena Fekal Impaksi!. Goto: Shutterstock
Lewat akun Instagram @meifinnaa, seorang ibu membagikan kisah anaknya yang mengalami diare sejak 17 September, dengan frekuensi 5–7 kali sehari meski sudah diberi zinc dan probiotik. Setelah menghindari makanan yang diduga sebagai pemicu dan tidak ada perubahan, ia membawa anaknya ke dokter spesialis yang sebelumnya pernah menangani kasus serupa.
Meski hasil rontgen hanya menunjukkan penumpukan gas di usus (meteorismus), dokter tetap curiga pada penyebab awal yang sempat diduga sejak pemeriksaan pertama. Hingga akhirnya, diketahui bahwa penyebab utama diare berkepanjangan itu fekal impaksi atau penumpukan feses akibat konstipasi.
Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Aisya Fikritama, Sp.A, penumpukan feses atau fekal impaksi memang bisa menyebabkan diare berkepanjangan. Ketika feses keras menumpuk di usus besar dan sulit keluar, cairan dari usus bagian atas akan tetap mengalir dan menyelinap melewati sela-sela feses yang keras itu.
Hasilnya, anak akan sering buang air besar dengan feses yang cenderung cair, padahal kotoran padat masih tertahan di dalam.
"Karena yang keluar bukan feses utama yang keras dan menumpuk di dalam, melainkan cairan dan sisa makanan dari bagian atas usus. Itu sebabnya, meski terlihat sering pup, anak tetap tidak benar-benar tuntas mengeluarkan kotorannya," tutur dr. Aisya kepada kumparanMOM, Minggu (12/10).
Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?
anak BAB di toilet Foto: Shutterstock
Langkah pertama adalah mengosongkan feses yang mengeras. Dokter akan menilai tingkat keparahan melalui pemeriksaan fisik atau foto perut, lalu penanganan bisa berupa obat pencahar atau enema rektal sesuai usia dan kondisi anak. Setelah impaksi teratasi, terapi lanjutan penting untuk mencegah kambuh, seperti:
1. Mengatur pola makan tinggi serat (sayur, buah, air putih cukup).
2. Membiasakan jadwal buang air besar secara teratur.
3. Aktivitas fisik rutin untuk membantu gerakan usus.
4. Kadang tetap dibantu obat pelunak feses ringan untuk sementara waktu.
Lalu, Kapan Perlu Waspada?
Ilustrasi anak sakit perut. Foto: Shutterstock
Moms, tak sedikit orang tua mengira bahwa frekuensi buang air besar yang sering adalah tanda pencernaan lancar. Namun, dr. Aisya menekankan pada anak dengan riwayat konstipasi, frekuensi tersebut bisa menipu. Jika anak tampak diare disertai dengan penurunan nafsu makan, perut membesar, atau tidak tampak nyaman setelah BAB, segera konsultasikan ke dokter.
"Penanganannya perlu bantuan dokter untuk mengeluarkan feses yang menumpuk, disertai perbaikan pola makan, kebiasaan buang air besar, dan hidrasi cukup agar tidak berulang. Jadi, bila anak tampak diare tapi disertai riwayat konstipasi, jangan langsung diberi obat antidiare, melainkan segera periksakan ke dokter anak," tutupnya.