Menteri Kebudayaan, Fadli Zon memberi sambutan di podium dalam taklimat media bertajuk Pengembalian Fosil Koleksi Eugene Dubois di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Kamis (2/10/2025). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menyebut bahwa sebanyak 28.131 fosil dari koleksi Eugene Dubois akan mulai dipulangkan dari Belanda pada tahun ini. Pemulangan ke Indonesia itu akan dilakukan secara bertahap.
Hal itu disampaikan Fadli saat diskusi media bertajuk 'Pengembalian Fosil Koleksi Eugene Dubois', di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Kamis (2/10).
"Realisasinya [pemulangan fosil koleksi Eugene Dubois] kita rencanakan pada tahun ini, masih ada beberapa bulan. Tetapi secara bertahap," kata Fadli dalam paparannya.
"Mengenai ketibaan di Indonesia, ini memang sudah kemarin setelah ada serah terima secara resmi, tim juga sudah bertemu kembali. Tinggal nanti teknisnya menunggu dari pemerintah Belanda," jelas dia.
Dalam proses itu, lanjutnya, diperkirakan koleksi yang akan tiba terlebih dahulu yakni temuan fosil yang sangat penting secara ilmiah.
"Jadi mungkin koleksi-koleksi masterpiece lebih awal, kemudian nanti akan ada koleksi yang lebih besar di awal tahun depan, di pertengahan tahun depan," ucap Fadli.
Fadli menyebut, ada sebanyak 28.131 fosil koleksi Dubois yang berada di Belanda telah teridentifikasi.
"Total yang sudah teridentifikasi itu 28.131 fosil yang sudah teridentifikasi. Masih ada sekitar 25 persen yang belum teridentifikasi. Jadi totalnya lebih dari 30.000 fosil kira-kira," ungkapnya.
Rekonstruksi manusia prasejarah berdasarkan temuan tengkorak Eugene Dubois di Jawa menjadi koleksi di Naturalis Biodiversity Center, Leidan, Belanda. Foto: Naturalis.nl
Setelah tiba di Tanah Air, kata dia, fosil koleksi Dubois itu akan mulai dipamerkan di Museum Nasional.
"Kita akan pamerkan di sini, mungkin di ruangan ini. Tapi nanti narasinya akan berbeda tentu. Ada cara menampilkan juga beda," tutur dia.
Dalam kesempatan itu, Fadli juga menegaskan bahwa Belanda betul-betul menjaga dan merawat fosil-fosil tersebut secara baik dan dengan teknologi canggih. Untuk itu, sambungnya, Indonesia juga dipastikan sudah siap dan tidak kalah dari Belanda untuk menjaga koleksi Dubois.
"Mereka juga memang termasuk sangat serius di dalam merawat dan memperlakukan artefak fosil-fosil tersebut. Jadi kita juga akan melakukan tentu saja hal yang sama," tegasnya.
Lebih lanjut, Fadli menekankan bahwa pemulangan koleksi Dubois dari Belanda tersebut juga bukti bahwa Indonesia mampu mempertahankan hak dan kedaulatannya di bidang budaya.
"Kita akan memulangkan ini dengan penuh kehati-hatian dan kita akan menyambut pulang sebuah identitas, menyambut pulang sebuah sejarah, dan yang paling penting kita menyambut pulang sebuah peluang besar untuk membangun masa depan ilmu pengetahuan Indonesia yang lebih gemilang," kata dia.
"Jadi, kepulangan ini adalah bukti bahwa kita mampu memperjuangkan dan mempertahankan hak kita, ini bagian dari cultural rights," imbuhnya.
Sebelumnya, pihak pemerintah Belanda juga membenarkan adanya wacana untuk pengembalian artefak tulang "Manusia Jawa" atau fosil pertama dari spesies Homo erectus yang diyakini sebagai nenek moyang manusia.
"Atas permintaan Indonesia, Belanda mentransfer lebih dari 28 ribu fosil dari koleksi Dubois ... Koleksi ini merupakan sumber penting dalam penelitian tentang evolusi manusia," kata pemerintah Belanda dalam keterangannya, dikutip dari Reuters.
Keputusan Belanda itu diambil berdasarkan saran dari Komite Koleksi Kolonial independen dan Menteri Kebudayaan Belanda Gouke Moes yang menyerahkan surat kepada Menteri Kebudayaan Indonesia, Fadli Zon.
Artefak yang berasal dari Indonesia itu saat ini berada di Universitas Leiden dan tidak pernah disebut sebagai milik Belanda.
Adapun Komite Koleksi Kolonial Belanda telah menguatkan posisi Indonesia terkait repatriasi ribuan fosil tersebut dengan beberapa argumen kunci.
Tengkorak koleksi Eugene Dubois disimpan di Naturalis Biodiversity Center, Leiden, Belanda. Foto: Naturalis.nl
Pertama, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal tahun 1889, status kepemilikan awal fosil-fosil ini jelas berada di bawah Pemerintah Hindia Belanda, bukan negara Belanda. Kedua, penggalian pada masa kolonial dilakukan dalam sistem tenaga kerja paksa.
Kemudian, adanya dampak negatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia lantaran ketidakhadiran ribuan artefak ini telah menghambat penelitian ilmiah di Indonesia selama puluhan tahun.
"Komite berpendapat bahwa kondisi di mana fosil-fosil tersebut diperoleh membuat masuk akal bahwa fosil tersebut diambil tanpa seizin penduduk dan bahwa penduduk dirugikan oleh hal ini," tambahnya.
Ini merupakan kali keenam Belanda mengembalikan artefak berdasarkan rekomendasi Komite tersebut.
Memulangkan benda tersebut ke Indonesia juga sempat mendapat penolakan dengan alasan bahwa Indonesia tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk merawat karya-karya tersebut. Namun, dalam beberapa waktu terakhir, sudah banyak artefak yang dikembalikan ke negara asal atau bekas jajahannya.
Adapun koleksi Dubois merupakan hasil temuan Eugene Dubois, seorang paleoantropolog Belanda yang melakukan penelitian di Sumatera hingga Jawa pada 1891-1892. Temuan berbagai fosil ini mencakup fosil-fosil Pithecanthropus erectus—sekarang Homo erectus—yang sering disebut sebagai 'Manusia Jawa' atau 'Java Man'.
Fosil yang ditemukan di Trinil, Ngawi, Jawa Timur, pada 1891 ini meliputi atap tengkorak, geraham, dan tulang paha. Temuan ini dianggap sebagai bukti fosil pertama Homo erectus, yang menggeser teori evolusi yang sebelumnya berpusat di Afrika.
Repatriasi koleksi Eugene Dubois ini sekaligus meneguhkan komitmen pemerintah Indonesia dalam melindungi dan mengelola warisan budaya bangsa dan mempromosikan kerja sama ilmiah internasional yang setara dan saling menghormati.