Ilustrasi Anak Praremaja Sedang Pubertas. Foto: Shutterstock
Moms, pubertas adalah fase penting dalam pertumbuhan anak, di mana tubuh dan emosinya mulai berubah menuju kedewasaan. Sayangnya, banyak orang tua, baru membicarakan topik ini saat anak sudah mengalaminya, misalnya ketika anak perempuan sudah menstruasi atau anak laki-laki mengalami mimpi basah untuk pertama kali.
Padahal, menurut Psikolog Anak dan Keluarga, Ratih Zulhaqqi, S.Psi, M.Psi, akan jauh lebih baik jika orang tua menjelaskan hal ini sebelum terjadi, agar anak siap secara mental, tidak kaget, dan merasa nyaman untuk bertanya.
Mulai Sebelum Momen Besar Terjadi
Ilustrasi mimpi basah yang dialami anak laki-laki saat memasuki pubertas. Foto: MIA Studio/Shutterstock
Untuk anak perempuan, perkirakan waktu menstruasi pertama dengan melihat usia saat ibunya dulu mengalami haid pertama, biasanya tak jauh dari usia tersebut. Namun pertimbangkan juga faktor lain, karena menurut penelitian, saat ini usia rata-rata anak perempuan menstruasi lebih muda dibanding dahulu.
"Biasanya, perkiraan menstruasi itu bisa dilihat dari pertama kali ibunya mengalami haid pertama, umumnya terjadi 1 tahun sebelum atau sesudahnya," ungkap Ratih Zulhaqqi dalam acara Ask The Expert kumparanMOM beberapa waktu lalu.
Sedangkan untuk anak laki-laki, mimpi basah biasanya mulai terjadi di usia sekitar 13 tahun, meskipun bisa lebih cepat atau lebih lambat.
Dengan mengetahui perkiraan waktu, Anda dapat memulai obrolan jauh sebelum anak benar-benar mengalaminya.
Gunakan Bahasa yang Sederhana dan Mudah Dipahami
Ilustrasi Ibu dan Anak Foto: Manop Boonpeng/Shutterstock
Hindari istilah medis yang terlalu rumit. Gunakan kalimat yang sesuai usia anak, misalnya:
"Nanti suatu hari tubuh kamu akan mulai mengeluarkan darah dari vagina. Itu tanda tubuh kamu sedang tumbuh dewasa. Semua perempuan mengalaminya, dan ini hal yang normal," ujar Ratih.
Atau untuk anak laki-laki, Anda bisa katakan "Tubuh kamu akan mulai membuat sperma. Kadang saat tidur, tubuh akan mengeluarkannya. Ini disebut mimpi basah. Itu proses alami dan tidak berbahaya," imbuh psikolog lulusan Universitas Indonesia ini.
Nah untuk memulai membicarakannya, pastikan ketika anak dalam suasana santai dan tidak terburu-buru.
Beberapa momen yang cocok, misalnya:
Saat jalan santai berdua
Dalam perjalanan di mobil
Menemani anak di kamar menjelang tidur
Saat suasananya santai dan aman, anak cenderung akan lebih terbuka, Moms. Mereka juga bisa bercerita dengan leluasa dan nyaman, tanpa merasa malu, takut, atau khawatir.