Liputan6.com, Solo: Memasuki hari ke-10 Ramadan, sejumlah penjual bunga di Pasar Kembang, Solo, Jawa Tengah, mengaku sepi pembeli. Bahkan beberapa penjual bunga mengaku lebih ramai hari-hari biasanya, ketimbang di bulan Ramadan.
Seperti yang dikatakan Rajimah, seorang perempuan yang sudah berjualan bunga sejak 1973. Dia mengaku sepi pembeli sejak memasuki Ramadan tahun ini. "Ya biasa saja, malah lebih ramai kalau ndak bulan puasa," ujar nenek dua cucu itu saat ditemui Liputan6.com, Rabu (10/8).
Perempuan yang akrab dipanggil Raji ini mengaku, umumnya pembeli ramai jika memasuki hari-hari tertentu. Seperti halnya pada saat musim pernikahan, menjelang bulan Ramadan, dan sebagainya. "Juga kalau ada yang meninggal," ujarnya mencontohkan.
Raji mengatakan, pada bulan puasa biasanya penjualan mulai ramai saat memasuki hari ke-21 sampai dua pekan setelah Lebaran. Bahkan beberapa hari ini, nenek berumur 63 tahun itu mengaku merugi. Pasalnya bunga yang sudah layu harus dijual lebih murah. "Kaya ini bunga mawar, saya kalau beli satu buntel (3 kilogram) seharga Rp 20 ribu, nah kalau sudah layu gini ya paling laku Rp 5 ribu," ujar Rajimah.
Sejak tiga tahun belakangan, nenek berkaca mata ini juga mengaku akibat seringnya aksi jambret di Pasar Kembang membuat sebagian pembeli bunga di pasar ini berkurang. "Sejak tiga tahun silam, di sini mulai sepi karena banyak pembeli yang mau beli bunga baru turun dari becak, dompetnya dijambret. Akibatnya ya jadi sepi, nama kita di sini sudah jelek, orang jadi takut beli ke sini," tuturnya.(BJK/ADO)