Sebanyak 40 panser Anoa 6x6 buatan PT Pindad berjajar rapi sesaat sebelum serah terima dari Departemen Pertahanan RI untuk keperluan TNI di area PT Dirgantara Indonesia, Jumat (10/7). Foto: TEMPO/Prima Mulia
TEMPO Interaktif, BANDUNG- Pemerintah Malaysia memesan 23 unit panser buatan PT Pindad tahun ini. "Prosesnya sudah sampai Perdana Menteri Malaysia, Departemen Pertahanan mereka sudah oke," kata Direktur Utama Pindad Adik Avianto Soedarsono di Bandung Ahad 7 Agustus 2011.
Panser yang dibanderol Rp 7 miliar per unit itu, menurut Adik, makin diminati setelah diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Adik mengatakan panser buatan putra-putri Indonesia itu telah digunakan dalam menjaga perdamaian di Lebanon. "Sebanyak 13 unit telah digunakan di Lebanon," katanya.
Panser pesanan Malaysia, katanya, perangkat mesinnya tidak lagi menggunakan buatan Renault, melainkan menggunakan mesin Mercedes-Benz. "Karena Renault kini menjadi pesaing PT Pindad dalam memasok kendaraan ke Malaysia, sehingga harus mengganti komponen mesin," ujarnya.
Namun demikian, PT Pindad belum memastikan apakah panser yang akan dijual ke Malaysia akan menggunakan mesin Benz. Adik mengemukakan ada dua pilihan mesin yang akan dipakai untuk panser tersebut, yaitu Mercedes-Benz atau Deutz yang hampir sama dengan mesin Renault berkapasitas 7.000 cc dan berkekuatan 320 tenaga kuda.
Juli lalu, rencana pembelian itu disampaikan Panglima Angkatan Tentera Malaysia Jenderal Tan Sri Datu Sri Zulkifli Mohammad Zein saat bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono di Istana Kepresidenan.
Anggota Komisi Pertahanan Dewan Perewakilan Rakyat Teguh Juwarno mengatakan Pindad harus pintar-pintar dalam menerima permintaan luar negeri. "Jangan sampai alutsista (alat utama sistem pertahanan) kita sama atau malah lebih bagus mereka (Malaysia)," ujarnya. Menurut Teguh Pindad harus mengutamakan permintaan dari Tentara Nasional Indonesia.
AKBAR TRI KURNIAWAN