JAKARTA- Univesitas Padjajaran (Unpad) menyiapkan 15 jenis ubi jalar terbaru hasil kloning untuk didaftarkan guna memperoleh sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Sebanyak 12 ubi jalar hasil klon unggulan tersebut antara lain merupakan varietas ubi Jepang dan tiga lainnya berasal dari ubi Cilembu.
Hasil kloning unggulan tersebut merupakan hasil kerjasama Unpad dengan CV Kiat Pangan Persada Jakarta, yang bertujuan meningkatkan mutu ubi jalar yang nantinya akan berimbas pada komoditas ubi jalar sebagai produk tani.
Mengenai kerjasama tersebut, pemilik CV Kiat Pangan Persada, Henry Rusmana mengaku, kolaborasi ini awalnya dilatarbelakangi oleh fakta di lapangan yang menunjukkan harga beli ubi jalar untuk membuat pati ubi cukup tinggi.
"Saat ini pati ubi dihargai sebesar Rp8.500 per kilonya. Dibandingkan dengan tapioka dan tepung lainnya, harga pati ubi ini masih terlalu mahal dan membuat konsumennya terlalu terbatas," ujar Henry seperti dilansir melalui situs Unpad, Minggu (24/7/2011).
Sebagai solusi dari persoalan tersebut, Henry melanjutkan, dirinya mendatangi peneliti sekaligus dosen ahli pemuliaan tanaman Fakultas Pertanian Unpad yang sudah memiliki reputasi yang sangat baik dalam pengembangan ubi jalar.
"Dengan begitu, kerjasama jangka panjang dengan Unpad bisa terjalin. Bisnis ubi jalar belum banyak yang garap. Bisnis ini akan berhasil kalau dapat varietas yang tepat, makanya kerjasama dengan Unpad sangat diperlukan," lanjutnya saat mengunjungi kebun ubi Ciparende, Sabtu (23/7/2011).
Menanggapi kerjasama tersebut dosen ahli Pemuliaan Tanaman Agung Kurniawan mengatakan, betapa pentingnya perguruan tinggi membantu petani dan pengusaha yang selama ini mengalami kendala dalam usaha mereka.
"Semakin banyak minat pengusaha ubi untuk melakukan kerja sama dengan Unpad tentu saja memberikan kebahagiaan tersendiri," ungkap Agung.
Sejak lima tahun, terang Agung, dirinya semakin serius dalam mengembangkan penelitian berbagai varietas ubi bersama para mahasiswanya. Ribuan varietas berhasil ditemukan, "Penelitian sejalan dnegan kerjasama dengan para pengusaha memunculkan 15 klon baru yang dinilai stakeholder memenuhi kriteria yang dibutuhkan pasar," dia melanjutkan.
Untuk persiapan sertifikasi HKI, papar Agung, saat ini sedang diproses untuk menghadapi uji keunikan, keseragaman dan stabilitas untuk nantinya diberikan serifikat HKI.
Sejauh ini dari hasil pengembangan tersebut menurut Agung, menunjukkan hal yang bisa dikatakan berhasil. Meski demikian, berbagai penelitian masih terus dikembangkan guna menyesuaikan hasil penelitian dengan kebutuhan pasar.(ahm)