Ilustrasi mobil yang menggunakan polikarbonat sebagai pengganti kaca. Foto: Dok. Condor
Perkembangan teknologi otomotif membuat penggunaan material pada mobil pun ikut berubah. Salah satunya penggunaan kaca mobil keluaran terbaru yang digantikan oleh polikarbonat. Pemilihan material ini bukan tanpa alasan, terutama dari sisi keselamatan.
Pakar produk industri dan otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, menjelaskan material polikarbonat punya ketahanan benturan yang lebih kuat daripada kaca.
"Dari sisi keamanan, material polikarbonat secara signifikan lebih aman daripada kaca karena ketahanan benturan bisa 200 hingga 250 kali lebih kuat. Saat terjadi kecelakaan, polikarbonat tidak akan pecah menjadi serpihan tajam yang berbahaya seperti kaca," ungkap Yannes kepada kumparan saat dihubungi belum lama ini.
Yannes menambahkan, material polikarbonat tak hanya lebih aman bagi pengemudi, tapi juga melindungi pejalan kaki. Bila kecelakaan, polikarbonat hanya berubah bentuk sehingga sangat minim risiko untuk melukai pengguna jalan lainnya alias pedestrian friendly.
Ilustrasi mobil yang menggunakan polikarbonat sebagai pengganti kaca. Foto: Dok. Condor
Menurutnya, polikarbonat punya sifat lunak yang tidak menghasilkan pecahan seperti kaca jika terbentur. Inilah yang membuat polikarbonat lebih melindungi daripada kaca, bahkan kaca tempered sekalipun.
Namun di balik ketahanannya, polikarbonat punya kelemahan yang harus diperhatikan. Material tersebut memiliki daya tahan terhadap paparan lingkungan yang cukup lemah, khususnya sinar ultraviolet (UV) dan goresan.
"Material ini punya kelemahan alami, terutama sinar UV dan goresan. Tanpa perlindungan tepat akan menyebabkan masalah, seperti menguning, berkabut, dan retak rambut. Inilah kerugian bagi penggunanya yang membuat harus mereparasinya," sambungnya.
Lebih lanjut, Yannes menjelaskan tantangan utama dari penggunaan polikarbonat adalah penurunan kejernihan optik seiring berjalannya waktu. Imbas sorotan sinar UV dan goresan tak hanya merusak penampilan, tapi juga memperlemah daya tahannya.
Polikarbonat sebagai pengganti kaca di mobil Fiat 500. Foto: Dok. Weekly Pellet
"Masalah ini berawal dari degradasi UV yang menyebabkan material menguning dan menjadi buram. Diperparah oleh permukaan (polikarbonat) yang rentan terhadap goresan halus yang semakin mengurangi kemampuan transmisi cahaya," imbuhnya.
Dampak pancaran sinar UV yang terus bertambah juga menyebabkan material yang semula lunak menjadi rapuh, apalagi ditambah perubahan suhu atau paparan bahan kimia lainnya. Kerapuhan ini lalu menimbulkan risiko pecah akibat polikarbonat yang sudah usang.
"Kerapuhan ini memunculkan potensi regas (mudah pecah) akibat polikarbonat yang sudah tua dan terdegradasi dapat pecah secara tiba-tiba. Bukan karena benturan keras, tetapi akibat tekanan kecil atau perubahan suhu yang mendadak, terutama pada area yang sudah penuh dengan retak rambut atau bagian tepian yang tipis," terangnya.
Sebagai informasi, penggunaan polikarbonat tidak akan berpengaruh pada pengurangan bobot kendaraan atau efisiensi bahan bakar. Yannes menuturkan, polikarbonat yang bobotnya hanya sekitar separuh dari kaca ini tidak akan berdampak untuk kedua hal tersebut karena tujuan utamanya untuk keselamatan.