Pawa Hara dan Matahara: Fenomena Unik di Dunia Kerja - juandry blog

Halaman ini telah diakses: Views
kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Pawa Hara dan Matahara: Fenomena Unik di Dunia Kerja
Dec 10th 2025, 11:00 by Allysha Pramesti Mirani

https://www.shutterstock.com/id/image-photo/happy-woman-fashion-designer-laptop-small-2377580173?trackingId=dcb058af-f09f-4732-89a3-29a55d667dcf
https://www.shutterstock.com/id/image-photo/happy-woman-fashion-designer-laptop-small-2377580173?trackingId=dcb058af-f09f-4732-89a3-29a55d667dcf

"Perempuan itu harusnya di rumah saja."

"Kerjanya perempuan itu bersih-bersih, ngurus anak, bukan malah kerja diluar."

Ungkapan di atas masih sering kali didengar di sekitar kita. Padahal, hal tersebut di zaman sekarang ini sudahlah tidak relevan lagi. Bekerja merupakan hal yang dapat dilakukan, baik oleh laki-laki maupun perempuan. Namun, nyatanya sampai saat ini, dunia kerja belum benar-benar menjadi tempat yang aman bagi para perempuan.

Perempuan sering kali menjadi objek diskriminasi di tempat kerja, baik oleh atasan maupun rekan yang memiliki posisi yang sama. Hal ini terjadi hampir di seluruh tempat, seperti di Jepang dan Indonesia. Kedua negara ini memiliki isu yang hampir sama mengenai diskriminasi terhadap perempuan di dunia kerja.

Berdasarkan laman daring The Japan Times, pada tahun 2025, Jepang menduduki peringkat ke-118 dari total 148 negara dalam laporan mengenai kesenjangan gender yang terjadi di sana. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa contoh kasus yang ada di Jepang dan Indonesia. Di Jepang, masih sering terjadi diskriminasi gender yang dilakukan oleh atasan maupun perusahaan tempat bekerja. Hal itu terlihat dari berbagai perbedaan perlakuan yang diterima laki-laki dan perempuan.

Pada awalnya, perempuan tidak diberikan peluang yang sama dalam dunia pekerjaan. Sejak Perdana Menteri Shinzo Abe menggerakkan Womenomics, pemerintah Jepang memberikan peluang yang lebih besar bagi perempuan untuk turut berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi Jepang. Hal itu kemudian menjadi bukti bahwasanya perempuan pun memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Jepang.

Ilustrasi Jepang. Foto: Nghia Khanh/Shutterstock
Ilustrasi Jepang. Foto: Nghia Khanh/Shutterstock

Walaupun demikian, diskriminasi terhadap perempuan masih terus terjadi. Fenomena unik yang terjadi pada dunia kerja di Jepang adalah adanya pawa hara dan matahara. Kedua hal tersebut dialami oleh para perempuan karier di Jepang.

Pawa hara (power harassement) adalah pelecehan yang dialami oleh perempuan karier di mana pelaku umumnya atasan atau bos tempat dia bekerja. Praktik pawa hara ini biasanya terjadi di mana seorang perempuan diberikan beban kerja diluar tanggung jawabnya. Hal ini tentunya akan sangat memberatkan perempuan di tempat kerjanya.

Kedua, perempuan juga sulit untuk berkarier di perusahaan Jepang. Maksudnya, perempuan biasanya sulit memperoleh promosi jabatan, berbeda dengan laki-laki yang lebih mudah mendapatkannya. Hal ini terjadi karena perempuan dianggap tidak dapat sepenuhnya bekerja. Perempuan nantinya akan cuti melahirkan, mengurus anak, bahkan ada pekerja perempuan yang akhirnya mengundurkan diri setelah menikah.

Cuti untuk mengurus anak pada kenyataannya tidaklah mudah. Di Jepang, ada istilah matahara (maternity harassement) di mana ibu hamil yang ingin mengambil cuti melahirkan biasanya akan mendapatkan kesulitan dalam pengajuan nya. Hal ini menjadi alasan bahwa karier perempuan tidak dapat naik secepat laki-laki karena adanya pandangan bahwa perempuan yang sudah memiliki anak tidak dapat lagi memprioritaskan pekerjaan, berbeda dengan laki-laki yang dianggap selalu dapat memprioritaskan pekerjaan di atas segalanya.

Ilustrasi perempuan sedih. Foto: Shutterstock
Ilustrasi perempuan sedih. Foto: Shutterstock

Ketiga, perempuan masih kurang diberikan ruang untuk berpendapat. Laki-laki masih menjadi pihak yang dominan dalam menentukan keputusan, sehingga peluang karier bagi perempuan menjadi semakin sulit. Hal ini terjadi karena perempuan dinilai lebih sering menggunakan perasaan dibandingkan logika dalam berpikir dan mengambil keputusan. Berbeda dengan laki-laki yang dinilai lebih baik dalam mengambil keputusan karena dianggap lebih mengutamakan logika dibandingkan perasaan.

Sementara itu, di Indonesia berdasarkan laman berita daring, pada tahun 2025 Indonesia menempati peringkat ke-97 dari total 148 negara. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih relatif lebih baik dalam hal kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Di Indonesia, perlakuan terhadap perempuan di dunia kerja tidak seburuk di Jepang.

Besaran gaji cenderung sama antara laki-laki dan perempuan, serta jenjang karier bagi pekerja perempuan dinilai lebih menjanjikan dibandingkan dengan perusahaan di Jepang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya perempuan hebat yang menempati posisi penting dalam perusahaan. Selain itu, di Indonesia peran perempuan juga dianggap sama dengan laki-laki dalam hal kesempatan untuk berpendapat dan mengambil keputusan.

Walaupun demikian, diskriminasi gender dalam dunia kerja masih dirasakan oleh perempuan di Indonesia. Akibatnya, pelanggaran hukum masih banyak terjadi, salah satunya di bidang ketenagakerjaan, yaitu masih adanya diskriminasi terhadap perempuan di tempat kerja. Hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh kasus yang terjadi di Indonesia.

Ilustrasi perempuan yang sedang kehilangan motivasi di tempat kerja. Foto: Shutterstock
Ilustrasi perempuan yang sedang kehilangan motivasi di tempat kerja. Foto: Shutterstock

Pertama, pekerja perempuan kesulitan memperoleh cuti hamil dan melahirkan. Kondisi yang saat ini terjadi bertentangan dengan peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah. Di Indonesia sendiri, praktik pawa hara dan matahara juga menjadi fenomena unik yang terjadi di dunia kerja.

Namun, realitas berkata sebaliknya. Salah satu contoh kasus matahara yang terjadi di Indonesia dialami oleh Hesti, seorang ibu yang baru melahirkan dan hanya diberikan cuti selama satu bulan oleh pabrik tempatnya bekerja. Hal ini tentu menyalahi aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia.

Akibatnya, banyak pekerja perempuan yang memilih berhenti bekerja karena merasa tidak nyaman dengan lingkungan kerjanya. Hal ini diperkuat dengan sulitnya kembali ke dunia kerja setelah memiliki anak karena dianggap prioritasnya tidak lagi terfokus pada pekerjaan.

Akan tetapi, banyak ibu yang akhirnya membuka usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) setelah berhenti bekerja di perusahaan. Hal ini menjadi bukti bahwa peran perempuan juga penting dalam menggerakkan roda perekonomian serta membuka lapangan pekerjaan bagi lingkungan sekitar.

Ilustrasi UMKM. Foto: Kemenkop dan UKM
Ilustrasi UMKM. Foto: Kemenkop dan UKM

Dari usaha yang dijalankan, banyak ibu memperoleh pendapatan yang lebih besar dibandingkan gaji mereka selama bekerja di perusahaan. Jam kerja yang fleksibel juga memungkinkan perempuan yang telah memiliki anak untuk memiliki waktu bersama anak dan keluarga yang lebih banyak.

Kedua, masalah pelecehan, baik secara fisik maupun non-fisik. Banyak kasus yang telah terjadi di Indonesia mengenai hal ini. Salah satunya adalah kasus pekerja pabrik di Cikarang, ketika atasan meminta karyawan perempuan untuk staycation jika ingin memperpanjang kontrak kerja di pabrik tersebut. Awalnya, kejadian ini tidak berani dilaporkan karena para karyawan takut dipecat. Namun, pada akhirnya masalah ini terangkat oleh media, sehingga pelaku dapat diadili secara hukum.

Dari beberapa contoh kasus yang terjadi di Jepang dan Indonesia dapat disimpulkan bahwa secara umum diskriminasi terhadap pekerja perempuan masih terjadi di kedua negara. Bentuk diskriminasi yang muncul pun hampir sama, begitu pula dengan pelakunya, yakni pawa hara dan matahara. Fenomena ini masih saja terjadi karena tidak lepas dari nilai-nilai patriarki yang masih kuat di mana perempuan masih dianggap tidak setara dengan laki-laki, sehingga tidak pantas mendapatkan perlakuan yang tidak setara.

Bahkan, ada beberapa oknum yang malah memberikan beban pekerjaan lebih. Hal tersebut bisa terjadi karena perempuan masih dipandang lemah, sehingga tidak punya kuasa untuk melawan atasan. Satu-satunya pembeda adalah bahwa kondisi di Indonesia masih sedikit lebih baik dibandingkan dengan di Jepang, terutama dalam hal lingkungan kerja bagi perempuan. Hal ini terlihat dari banyaknya perempuan sukses yang dapat menempati posisi penting dalam perusahaan.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url