Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (kiri) bersama Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian (kanan) memimpin Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025 di Kantor Kemendagri, Jakarta, Senin (20/10/2025). Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menekankan pentingnya menjaga angka inflasi agar tetap stabil, seperti yang dilakukan Presiden Soeharto selama 32 tahun berkuasa.
Menurut Purbaya, kemampuan menjaga harga barang, terutama bahan pokok seperti beras, jadi salah satu kunci stabilitas sosial dan politik di masa Orde Baru.
"Inflasi itu bisa menjaga stabilitas sosial politik. Jadi salah satu rahasia kenapa Pak Harto bisa bertahan 32 tahun adalah beliau bisa menjaga stabilitas harga beras utamanya, (komoditas) yang lain akan ikut harga beras," kata Purbaya di kantor Kemendagri, Jakarta Pusat, Senin (20/10).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) September 2025 sebesar 0,21 persen secara bulanan (month to month). Secara tahunan, inflasi mencapai 2,65 persen, sementara inflasi tahun kalender (year to date) berada di angka 1,82 persen.
Purbaya menilai, mengendalikan inflasi tak hanya soal ekonomi, tapi juga soal politik. Ia bilang, pemimpin daerah yang mampu menjaga harga tetap stabil bisa merasakan dampak langsung di pemilu berikutnya.
"Kalau bapak ibu (gubernur) bisa menangani harga di daerah, hampir pasti bisa kepilih lagi tanpa embel-embel yang lain. Jadi, perut masih merupakan alat politik utama di Indonesia," ujarnya.
Pedagang menyiapkan beras di salah satu toko beras di Pasar Kosambi, Bandung, Jawa Barat, Rabu (27/8/2025). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
Lebih lanjut, Purbaya menjelaskan bahwa inflasi yang terkendali juga bisa memberi ruang bagi Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan.
"Biasanya sih bunganya berapa persen di atas inflasi. Jadi, kalau inflasinya misalnya 7, dia bunga acuannya bisa 8 atau lebih sedikit. Itu bunga acuan. Bunga pinjamannya lebih tinggi lagi," kata dia.
Ia mencontohkan, jika inflasi bisa dijaga di sekitar 2,5 persen, maka BI seharusnya bisa menurunkan bunga acuannya ke 3,5 persen.
"Kalau inflasi bisa terus-terusan 2,5, BI harus dipaksa pelan-pelan menurunkan bunga acuannya ke 3,5. Harusnya bunga pinjaman juga turun mungkin ke 7 atau lebih rendah lagi," katanya.
"Kalau itu yang terjadi maka ekonomi kita bisa tumbuh lebih cepat lagi atau paling nggak bisa bersaing dengan negara lain karena di Malaysia bunga pinjaman paling 5 persen," imbuh dia.
Purbaya menegaskan, menjaga inflasi bukan sekadar angka di laporan ekonomi. Menurutnya, inflasi yang terkendali bisa menekan harga bahan pokok, menurunkan bunga pinjaman, dan pada akhirnya membantu dunia usaha tumbuh lebih cepat.