Gantikan Tren Kutu Loncat, Job Hugging Jadi Pilihan Gen Z di Tengah Badai PHK - juandry blog

Halaman ini telah diakses: Views
kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Gantikan Tren Kutu Loncat, Job Hugging Jadi Pilihan Gen Z di Tengah Badai PHK
Oct 31st 2025, 17:30 by kumparanWOMAN

Ilustrasi perempuan berdiskusi di kantor. Foto: Shutterstock
Ilustrasi perempuan berdiskusi di kantor. Foto: Shutterstock

Kondisi ekonomi yang tidak stabil serta gelombang PHK di berbagai sektor membuat banyak pekerja merasa khawatir terhadap masa depan karier mereka. Jika dulu istilah 'kutu loncat' digunakan untuk menggambarkan gen Z yang gemar berpindah tempat kerja demi peluang lebih baik, kini tren justru berbalik arah.

Tak hanya Gen Z, banyak karyawan lintas generasi memilih bertahan di tempat kerja meski sudah tidak lagi merasa nyaman, baik karena faktor keamanan finansial maupun ketakutan menghadapi ketidakpastian di luar sana. Fenomena ini dikenal sebagai 'job hugging', kondisi ketika seseorang bertahan di tempat kerja karena mencari aman di kondisi ekonomi yang tidak baik-baik saja.

Tren 'job hugging' mencari tempat aman di tengah kondisi yang tidak stabil

Ilustrasi pemutusan hubungan kerja (PHK). Foto: shutterstock
Ilustrasi pemutusan hubungan kerja (PHK). Foto: shutterstock

Kondisi ekonomi yang tidak stabil membuat banyak pekerja memilih bertahan di tempat kerja mereka, meski tidak lagi merasa nyaman. Alih-alih mencari peluang baru, mereka lebih mengutamakan kestabilan dibanding harus bersaing kembali di pasar kerja yang kini semakin ketat dan penuh tantangan.

Meskipun memiliki kemampuan yang mumpuni, banyak orang menilai bahwa keamanan finansial jauh lebih penting untuk saat ini. Menurut Korn Ferry, firma konsultan organisasi global asal Amerika Serikat, bertahan di pekerjaan bukanlah masalah jika alasannya tepat.

"Mempertahankan pekerjaan yang Anda cintai atau yang tepat untuk Anda seiring waktu memang tidak masalah, tetapi jika Anda bertahan karena rasa takut atau loyalitas yang tak beralasan, hal itu bisa merugikan Anda secara finansial," ungkap perusahaan tersebut yang dikutip dari Yahoo Finance.

Meski memberikan rasa aman dan stabil, fenomena job hugging ternyata memiliki sejumlah dampak negatif yang perlu diwaspadai. Berikut penjelasannya.

Dampak negatif job hugging

Ilustrasi perempuan bekerja. Foto: insta_photos/Shutterstock
Ilustrasi perempuan bekerja. Foto: insta_photos/Shutterstock

1. Pertumbuhan gaji yang rendah

Menurut Forbes, seseorang yang aktif berpindah tempat kerja cenderung memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan kenaikan gaji dibanding mereka yang bertahan terlalu lama di satu perusahaan. Dengan tetap berada di posisi yang sama, kenaikan pendapatan sering kali berjalan lambat atau bahkan stagnan.

2. Kehilangan motivasi untuk berkembang

Karyawan yang tidak lagi bahagia di tempat kerja dan bertahan hanya demi rasa aman, umumnya kehilangan semangat untuk bertumbuh. Mereka cenderung terjebak di zona nyaman, enggan mengambil tanggung jawab baru, atau berusaha meraih promosi jabatan.

3. Berdampak pada dana pensiun

Pendapatan yang tidak berkembang turut memengaruhi kondisi finansial jangka panjang. Jika gaji tidak mengalami peningkatan, maka kontribusi untuk dana pensiun baik dari karyawan maupun perusahaan akan ikut berkurang. Akibatnya, keamanan finansial di masa tua pun bisa terancam.

4. Menimbulkan rasa jenuh dan stres

Selain berdampak pada gaji dan karier, job hugging juga dapat memengaruhi kesehatan mental. Kondisi kerja yang stagnan dapat menimbulkan stres, rasa jenuh, hingga perasaan terjebak. Dalam jangka panjang, hal ini bisa membuat seseorang kesulitan bernegosiasi untuk posisi atau gaji yang lebih baik di masa depan.

Apa yang harus dilakukan?

Ilustrasi perempuan bekerja. Foto: Amnaj Khetsamtip/Shutterstock
Ilustrasi perempuan bekerja. Foto: Amnaj Khetsamtip/Shutterstock

Kondisi ekonomi yang tidak menentu memang membuat banyak orang merasa bimbang. Setiap pilihan memiliki risikonya masing-masing. Namun, ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan agar tidak terjebak terlalu lama di zona nyaman yang justru dapat menghambat masa depanmu.

1. Tingkatkan keterampilan

Meski sepulang kerja sering terasa melelahkan, tak ada salahnya meluangkan waktu untuk mengikuti kelas tambahan. Pilihlah pelatihan yang bisa menunjang kariermu, seperti kelas public speaking, teknologi AI, kemampuan komputer, atau bidang lain yang relevan dengan pekerjaanmu.

2. Jangan sekadar bekerja

Jangan hanya fokus menyelesaikan tugas harian. Cobalah memahami proses kerja secara menyeluruh dan berkontribusilah lebih dari yang diharapkan. Dengan begitu, kinerjamu akan lebih terlihat dan diapresiasi oleh atasan.

3. Ajukan promosi secara berkala

Jika kamu sudah memberikan performa terbaik, tak ada salahnya mengajak atasan berdiskusi mengenai peluang promosi. Namun, lakukan dengan bijak dan tidak terlalu sering. Tunjukkan bukti konkret atas kontribusi dan pencapaianmu sebelum meminta kenaikan posisi atau tanggung jawab.

4. Cari peluang baru tanpa terburu-buru resign

Langkah ini memang terdengar klasik, tapi cukup efektif. Jika kamu merasa tidak lagi berkembang, mulai cari peluang kerja lain tanpa langsung meninggalkan pekerjaan lama. Setelah kamu benar-benar mendapatkan kepastian dan merasa cocok dengan tempat baru, barulah ambil keputusan untuk pindah.

Baca juga: Mengenal Quarter Life Crisis: Perasaan Stuck dalam Hidup dan Cara Menghadapinya

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url