Balita Suka Mencubit Adik Bayi? Ternyata Bukan Karena Nakal! - juandry blog

Halaman ini telah diakses: Views
kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Balita Suka Mencubit Adik Bayi? Ternyata Bukan Karena Nakal!
Oct 19th 2025, 16:00 by kumparanMOM

Ilustrasi kakak dan adik bayi. Foto: Shutterstock
Ilustrasi kakak dan adik bayi. Foto: Shutterstock

Seorang ibu dengan akun Instagram @nabilah.daily membagikan video anak sulungnya yang masih balita. Ternyata, si sulung mencubit adiknya yang masih bayi hingga meninggalkan bekas kuku dan membuat adiknya menangis.

Momen seperti ini memang bisa bikin orang tua kaget dan panik. Tapi, apakah perilaku seperti ini perlu dikhawatirkan?

Menurut Psikolog Klinis, Raden Mutiara Puspa Wijaya, M.Psi., Psikolog, kasus seperti ini sangat umum terjadi, terutama pada balita yang sedang belajar beradaptasi dengan kehadiran adik baru di keluarga.

"Perilaku seperti mencubit, menjahili, atau mendorong adik tidak selalu berarti 'nakal', melainkan sinyal bahwa sistem emosional dan regulasi perilaku anak belum matang sepenuhnya. Otak mereka masih berkembang dan belum matang," ungkap Mutiara saat dihubungi kumparanMOM, Kamis (9/10).

Alasan Balita Suka Mencubit Adiknya

Ada beberapa kemungkinan penyebab yang wajar secara perkembangan tentang perilaku balita yang suka mencubit adiknya, apa saja?

-Respons Emosional pada Perubahan

Ilustrasi ibu punya anak bayi dan balita. Foto: GOLFX/Shutterstock
Ilustrasi ibu punya anak bayi dan balita. Foto: GOLFX/Shutterstock

Balita bisa merasa bingung, kesal, atau bahkan cemburu karena perhatian yang sebelumnya ia terima kini terbagi dengan adik bayinya. Tapi bisa juga karena ia merasa penasaran atau ingin bermain, hanya belum tahu cara yang tepat.

-Eksplorasi Sensori

Kadang, balita mencubit bukan karena niat menyakiti, melainkan ingin tahu. Misalnya, 'Kenapa kulit adik lembut?' atau 'Apa yang terjadi kalau aku pencet sedikit?'

"Ia mencubit bukan karena niat menyakiti, tapi karena penasaran terhadap sensasi kulit bayi yang lembut atau reaksinya," tuturnya.

Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?

Mutiara menekankan bahwa kunci utama adalah pengawasan, pemahaman usia perkembangan, dan pengalihan perilaku secara positif. Berikut beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan orang tua, yakni:

1. Awasi Interaksi Secara Dekat

Ilustrasi bayi dan balita. Foto: MIA Studio/Shutterstock
Ilustrasi bayi dan balita. Foto: MIA Studio/Shutterstock

Jangan biarkan anak-anak hanya berdua tanpa pengawasan dalam satu ruangan, bahkan hanya sebentar.

2. Arahkan Interaksi dengan Aman

Daripada mengatakan 'Jangan cubit adik!', Anda bisa menunjukkan cara menyentuh yang benar, misalnya 'Kakak mau sentuh adik? Yuk, usap lembut begini ya'. Serta ajarkan dengan contoh langsung agar anak belajar melalui pengalaman fisik.

3. Libatkan Kakak dalam Merawat Adik

Selain itu, buat anak merasa berperan, bukan tersisih, seperti 'Tolong ambilkan selimut buat adik, yuk!' atau 'Nyanyi bareng biar adik tenang, ya.'

4. Respons dengan Kalimat yang Positif dan Konkret

Ilustrasi Kakak Sayang Adik Bayi. Foto: Shutterstock
Ilustrasi Kakak Sayang Adik Bayi. Foto: Shutterstock

Balita belum memahami larangan abstrak seperti 'Jangan cubit adik!' Kalimat ini di mata balita terkesan orang tua tidak sayang dengannya.

Ganti perintah dengan kalimat.

-'Kita pakai tangan lembut ya.'

-'Kalau kakak ingin mama lihat, bilang 'Mama, aku mau peluk'.

-'Adik belum bisa bicara, jadi kita bantu adik ya.'

"Bahasa yang konkret dan nada lembut menurunkan stres anak dan menstimulasi area otak sosial (social brain network)," pungkas Mutiara.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url