Payudara bukan sekadar bagian tubuh, tetapi juga memiliki makna emosional dan simbolik yang mendalam bagi perempuan. Dari sinilah para ibu menyusui anaknya dan memberikan nutrisi pertama yang penuh kasih. Namun, di balik makna yang begitu hangat, ada ancaman kanker payudara yang mengintai.
Menurut data yang dirilis oleh WHO pada 2022, terdapat lebih dari 670 ribu perempuan di dunia yang kehilangan nyawa akibat kanker payudara. Penyakit ini bukan terjadi tanpa sebab, ada sejumlah faktor risiko yang bisa meningkatkan kemungkinan seorang perempuan mengalaminya.
Dalam artikel ini, kumparanWOMAN akan mengulas satu per satu fakta seputar faktor risiko kanker payudara yang penting untuk kamu ketahui.
Faktor risiko kanker payudara
Faktor-faktor berikut dapat menjadi pengingat bagi para Ladies untuk lebih waspada dan melakukan deteksi dini. Sebab, semakin cepat kanker payudara dikenali dan ditangani, maka peluang kesembuhan pun akan semakin besar.
1. Faktor usia, risiko meningkat setelah memasuki masa menopause
Ilustrasi menopause. Foto: Chay_Tee/Shutterstock
Usia menjadi salah satu faktor utama penyebab kanker payudara. Hal ini diungkapkan oleh dr. Daniel Ardian Soeselo, Sp.B, MSi.Med, Dokter Spesialis Bedah di Rumah Sakit Atma Jaya.
"Faktor risiko nomor satu itu adalah usia. Jadi, kalau sudah menopause, itu memang risikonya meningkat," ujar dr. Daniel dalam acara Sorella Care x Lovepink di Unika Atma Jaya pada Kamis (9/10).
Pernyataan tersebut sejalan dengan data yang dirilis oleh National Cancer Institute (NCI) pada tahun 2020. Dalam temuan tersebut, risiko kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia. Berikut detail angka berdasarkan usia:
Usia 30 tahun: 1 dari 204 perempuan
Usia 40 tahun: 1 dari 65 perempuan
Usia 50 tahun: 1 dari 42 perempuan
Usia 60 tahun: 1 dari 28 perempuan
Usia 70 tahun: 1 dari 24 perempuan
2. Memiliki riwayat kanker payudara dalam keluarga
Selanjutnya, dr. Daniel menjelaskan bahwa faktor keturunan juga menjadi salah satu risiko utama kanker payudara. Menurut American Cancer Society, sekitar 5 hingga 10 persen kasus kanker payudara bersifat keturunan.
Artinya, apabila ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit ini, sebaiknya kamu lebih rutin melakukan deteksi dini untuk mengantisipasinya sejak awal. Perlu dicatat, risiko kanker payudara dapat meningkat hingga dua kali lipat pada perempuan yang memiliki riwayat penyakit ini dalam keluarganya.
3. Mengalami menstruasi pertama pada usia terlalu muda, yaitu di bawah 12 tahun
Ilustrasi pembalut. Foto: Hazal Ak/Shutterstock
Menstruasi yang datang terlalu dini, misalnya pada usia 9 atau 10 tahun, ternyata dapat meningkatkan risiko kanker payudara. "Normalnya, wanita itu haid di usia 12-13, jika terlalu dini itu sudah punya risiko kanker payudara," jelas dr. Daniel.
Melansir Cancer Australia, risiko kanker payudara meningkat sekitar 5 persen setiap tahun. Jadi, semakin cepat seorang perempuan mengalami menstruasi, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya kanker payudara di kemudian hari.
4. Mengalami menopause pada usia yang terlambat, yakni di atas 50 tahun
Kemudian, menopause yang terjadi terlambat juga dapat menjadi salah satu faktor risiko kanker payudara. Menurut penjelasan dr. Daniel, usia normal menopause berada di kisaran 45 hingga 50 tahun.
Jika seorang perempuan mengalami menopause setelah usia 50 tahun, maka risikonya untuk mengidap kanker payudara akan meningkat. Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), perempuan yang mengalami menopause terlambat akan membuat hormon estrogen terpapar lebih lama di dalam tubuh, sehingga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker payudara.
Pada awalnya, benjolan di payudara sering kali dianggap sebagai tumor jinak dan tidak berbahaya. Namun, menurut dr. Daniel, meskipun tergolong jinak, kondisi ini bisa menjadi tanda bahwa tubuh sudah memiliki gen atau potensi risiko kanker payudara. Hal ini juga dibenarkan oleh American Cancer Society.
Selain itu, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), perempuan yang pernah menderita kanker payudara juga memiliki risiko untuk mengalaminya kembali di payudara yang sama atau di sisi lainnya.
6. Mempunyai kelainan atau mutasi genetik seperti BRCA1 atau BRCA2
Terakhir, faktor risiko yang juga perlu diperhatikan adalah mutasi genetik pada gen BRCA1 atau BRCA2, yang umumnya diturunkan secara herediter. Kedua gen ini berfungsi memproduksi protein yang membantu memperbaiki kerusakan DNA dalam sel.
Namun, ketika terjadi mutasi pada gen BRCA1 atau BRCA2, fungsi perbaikan DNA menjadi terganggu. Akibatnya, sel-sel dapat tumbuh secara tidak terkendali dan memicu terbentuknya kanker, termasuk kanker payudara dan kanker ovarium.
Salah satu contoh kasus ini dialami aktris asal Amerika Serikat, Angelina Jolie, yang diketahui membawa mutasi gen BRCA1. Ia akhirnya memutuskan menjalani operasi pengangkatan payudara untuk mencegah timbulnya kanker.