Ketika perusahaan raksasa seperti Amazon mulai terang-terangan memangkas karyawan demi efisiensi berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), para pekerja mulai panik dan bertanya-tanya ihwal apa saja profesi yang sebentar lagi hilang karena tergantikan oleh teknologi AI?
Sebuah laporan terbaru dari studi yang dilakukan Microsoft mencoba menjawab pertanyaan ini. Para peneliti menganalisis bagaimana AI generatif berdampak pada berbagai jenis pekerjaan, dan hasilnya cukup mengkhawatirkan.
Dalam daftar profesi yang paling berpotensi digantikan AI saat ini, pekerjaan seperti penerjemah, sejarawan, dan penulis masuk dalam daftar paling atas. Artinya, tugas mereka dinilai sangat bisa digantikan oleh AI. Tak hanya itu, pelayan pelanggan (seperti CS, teller bank, dll) serta tenaga penjual (sales representative) juga berada dalam zona risiko tinggi.
"Pekerjaan yang paling rentan adalah yang berkaitan dengan knowledge work, seperti pekerjaan administrasi, komputasi, hingga matematika di kantor," tulis laporan tersebut.
Profesi sales ikut terdampak karena banyak berurusan dengan penyampaian dan penjelasan informasi yang kini sudah bisa dilakukan AI dengan mudah dan cepat. Meski Microsoft menekankan bahwa skor tinggi ini tidak serta merta menandakan bahwa profesi tersebut akan digantikan AI, namun banyak orang yang mulai khawatir.
Apalagi dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan seperti IBM telah membekukan ribuan posisi baru karena memprediksi AI akan mengambil alih dalam 5 tahun ke depan. Di Inggris, lulusan baru menghadapi pasar kerja terburuk sejak 2018, di mana banyak perusahaan menunda rekrutmen dan beralih ke sistem otomatisasi.
Ilustrasi teller bank. Foto: Shutterstock
Namun tak semua pekerjaan bisa disentuh AI. Beberapa profesi seperti operator alat berat, penjaga jembatan dan kanal, serta operator sistem pengolahan air, dinilai hampir mustahil digantikan AI karena sifatnya yang sangat teknis dan hands-on. Kendati begitu, menurut CEO Nvidia, Jensen Huang, tak ada pekerjaan yang benar-benar aman.
Semua pekerjaan akan terdampak. Dan itu terjadi sekarang juga. Bukan AI yang akan menggantikan pekerjaanmu, tetapi orang lain yang menggunakan AI." - Jensen Huang dalam konferensi Global Milken Institute -
Yang mengejutkan lagi, banyak profesi yang paling mungkin digantikan AI justru pekerjaan yang membutuhkan gelar sarjana, seperti analis manajemen, jurnalis, dan ilmuwan politik.
Menurut laporan itu, tingkat pendidikan tinggi ternyata memiliki korelasi dengan tingkat kesesuaian AI yang lebih tinggi. Artinya, semakin tinggi gelar akademik seseorang, semakin besar kemungkinan pekerjaannya bisa dilakukan oleh AI.
"Kami menemukan bahwa pekerjaan yang membutuhkan gelar sarjana memiliki skor kesesuaian AI lebih tinggi dibandingkan pekerjaan lain," tulis tim peneliti yang menganalisis lebih dari 200 ribu interaksi nyata pengguna Microsoft Copilot.
Ada pula pekerjaan yang kemungkinan masih sulit digantikan oleh AI dalam beberapa tahun ke depan, khususnya di sektor kesehatan dan layanan perawatan.
Menurut data Biro Statistik Tenaga Kerja AS, home health aide dan personal care diprediksi akan menjadi jenis pekerjaan dengan pertumbuhan tertinggi dalam dekade ini. Profesi seperti ini dinilai masih sangat mengandalkan interaksi manusia dan empati, dua hal yang belum bisa ditiru AI sepenuhnya.
Ilustrasi Penulisan Naskah. Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan
Para peneliti juga mengingatkan bahwa laporan ini hanya mengukur paparan terhadap AI generatif. Masih ada bentuk otomatisasi lain yang mungkin berdampak pada profesi lain, seperti pengemudi truk, yang bisa digantikan oleh AI non-generatif atau teknologi kendaraan otonom.
"Penelitian ini fokus untuk melihat bagaimana AI mengubah cara kita bekerja, bukan sekadar menggantikan manusia," jelas Kiran Tomlinson, peneliti senior di Microsoft.
"AI memang mendukung banyak tugas, terutama yang berkaitan dengan riset, menulis, dan komunikasi. Tapi belum ada bukti kuat bahwa AI bisa menjalankan satu profesi secara penuh."
- Kiran Tomlinson, peneliti senior di Microsoft.
Gen Z Makin Sulit Cari Kerja, Guru Jadi Pilihan
Melihat gejolak PHK di industri teknologi dalam beberapa tahun terakhir, banyak anak muda generasi Z mulai melirik profesi yang tampak lebih stabil, seperti pendidikan.
Di Inggris, sektor pendidikan menjadi industri dengan pertumbuhan lulusan baru tercepat tahun lalu. Di AS, profesi guru juga masuk dalam daftar karier populer. Namun, laporan tersebut menyebut beberapa peran di sektor ini, seperti pendidik ekonomi, bisnis, hingga ilmu perpustakaan di perguruan tinggi, memiliki skor kesesuaian AI yang cukup tinggi.
Meski belum mungkin sekolah akan mengganti guru dengan robot AI dalam waktu dekat, laporan ini memberi gambaran bahwa dunia pendidikan juga tak lepas dari ancaman disrupsi teknologi.
Dari pada penasaran, berikut daftar 40 profesi yang paling berisiko terdampak teknologi AI generatif:
Penerjemah dan Juru Bahasa
Sejarawan
Pelayan transportasi
Sales
Penulis dan pengarang
Costumer service
Pemrogram Alat CNC
Operator seluler
Agen tiket dan petugas perjalanan
Penyiar siaran televisi dan radio
Brokers (Petugas pialang)
Pendidik manajemen pertanian dan rumah tangga
Telemarketer
Concierge
Ilmuwan Politik (Political Scientists)
Analis Berita, Reporter, Jurnalis
Matematikawan
Content writer/Technical writer
Copy Markers
Pembawa acara dan hostess
Editor
Business Teachers (guru bisnis)
Humas
Promotor dan demonstator
Agen pejual iklan
Petugas pembuat akun baru
Statistical Assistants
Penjaga konter dan rental
Data scientist
Penasehat keuangan
Arsiparis
Economy Teachers (guru ekonomi)
Pengembang web
Analis manajemen
Ahli geografi
Models
Analis Riset Pasar
Telekomunikasi Keamanan Publik
Operator switchboard
Guru Ilmu Perpustakaan
Kesimpulannya, bukan soal apakah AI akan mengambil alih pekerjaan kita, tapi siapa yang paling cepat beradaptasi dan memanfaatkan AI dengan bijak, itu yang akan bertahan–seperti yang dikatakan Jensen Huang.