Menlu Rusia Sergei Lavrov berjalan menuju ruang KTT ke-18 Asia Timur di Jakarta, Kamis (7/9/2023). Foto: Media Center KTT ASEAN 2023/Zabur Karuru
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mencuri perhatian saat tiba di Alaska mengenakan baju bertuliskan CCCP (USSR), singkatan Uni Soviet dalam bahasa Rusia.
Lavrov saat itu ikut mendampingi Presiden Vladimir Putin dalam pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump yang membahas penyelesaian konflik Rusia-Ukraina beberapa hari lalu.
Baju yang dipakai Lavrov saat itu menuai perhatian karena lokasi pertemuan, Alaska, merupakan bekas wilayah Rusia di era Kekaisaran Rusia. Alaska kemudian dijual Kekaisaran Rusia ke AS, dan hingga saat ini menjadi wilayah AS.
Terkait baju bertuliskan USSR yang dia pakai saat tiba di Alaska, Lavrov mengatakan tidak ada makna istimewa. Pemberitaan media terkait baji yang dipakainya, kata Lavrov, terlalu berlebihan.
"Saya rasa beritanya terlalu berlebihan untuk membuat semacam sensasi. Tapi tidak ada yang istimewa soal itu," kata Lavrov dalam wawancara dengan media Rusia, VGTRK, dikutip pada Rabu (20/8).
Lavrov mengungkapkan ada banyak barang yang menunjukkan simbol-simbol era Uni Soviet di Rusia.
"Sehingga saya rasa saya tidak perlu malu menggunakannya. Ini adalah bagian dari kami, bagaimana kami pernah hidup, ini adalah bagian sejarah kami. USSR adalah tanah air kami," ungkapnya.
"Saat ini, USSR berevolusi menjadi Federasi Rusia yang hidup berdampingan dengan negara mantan Uni Soviet lainnya. Tentu saja kami tidak lepas dari benturan kepentingan. Itu terjadi. Inilah hidup," lanjutnya.
Menurutnya, baju USSR hanya sekadar tren berpakaian. Bahkan, ia mengaku melihat banyak anak muda di Anchorage, Alaska, yang mengenakan baju yang sama dengannya.
"Tidak ada aspirasi kekaisaran dalam hal ini, juga tidak ada upaya untuk menghidupkan kembali apa yang disebut sebagian orang sebagai pola pikir kekaisaran. Tidak ada yang menunjukkan hal itu," jelasnya lagi.
"Pesannya di sini adalah bahwa sejarah itu ada dan kita memiliki masa lalu. Merupakan tugas kita untuk melestarikan sejarah ini, termasuk dengan sedikit humor," pungkasnya.