Direktur Urusan Perusahaan dan Keberlanjutan Nestle Indonesia Sufintri Rahayu menjadi pembicara kumparan Halal Forum 2025 di Ballroom Artotel Mangkuluhur, Jakarta, Selasa (27/5/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Di tengah kompleksitas perannya menjadi salah satu pemimpin di perusahaan multinasional, Sufintri Rahayu tak pernah melupakan identitas pertamanya: seorang ibu. Baginya, menjadi seorang ibu bukan sekadar peran di rumah, melainkan fondasi nilai yang ia bawa ke mana pun, termasuk ke ruang-ruang pengambilan keputusan strategis di Nestlé Indonesia, tempat ia menjabat sebagai Corporate Affairs & Sustainability Director.
Sebagai perempuan yang bertanggung jawab atas arah komunikasi, hubungan eksternal, dan keberlanjutan perusahaan, perempuan yang akrab disapa Fifin ini melihat bahwa nilai-nilai seperti kejujuran, keberanian, dan kepedulian—yang ia tanamkan pada anak-anaknya di rumah—juga menjadi prinsip utama dalam kepemimpinannya di tempat kerja.
"Saya ingin menjadi role model bahwa kepemimpinan yang berakar dari empati dan nilai bisa memberikan dampak besar," ujar Fifin kepada kumparanMOM.
Antara Hati Seorang Ibu dan Tanggung Jawab Profesional
Corporate Affair Director Nestle Indonesia, Sufintri Rahayu, bersama keluarga. Foto: Dok. Pribadi
Di balik segala pencapaian profesionalnya, Fifin tetap menempatkan keluarganya sebagai pusat dari segala keputusan. Ia percaya, pekerjaan di bidang ini adalah perpanjangan dari nilai-nilai yang juga ia ajarkan kepada anak-anaknya setiap hari: peduli pada sesama, bertanggung jawab pada lingkungan, dan jujur dalam tindakan.
"Saya merasa lebih terdorong untuk memastikan bahwa apa yang kita lakukan hari ini bisa mewariskan dunia yang lebih baik untuk anak-anak kita," katanya.
Kesadaran sebagai ibu membentuk caranya melihat tanggung jawab korporat. Ia tidak hanya memikirkan strategi jangka pendek, tapi juga masa depan yang ingin diwariskan.
"Bagi saya, keberlanjutan adalah cara hidup," ujar ibu satu anak ini.
Di rumah, ia membiasakan keluarganya memilah sampah, menghemat energi, dan memilih makanan sehat. "Hal-hal kecil ini jika dilakukan konsisten bisa menciptakan perubahan," tuturnya.
Memimpin dengan Empati, Mengkomunikasikan dengan Otentik
Sufintri Rahayu bersama tim. Foto: Dok. Pribadi
Sebagai pemimpin perempuan, Fifin memahami pentingnya membangun komunikasi yang otentik dan relevan, baik di dalam maupun di luar perusahaan. Dalam memimpin divisi Corporate Affairs & Sustainability Nestlé Indonesia, ia memastikan bahwa setiap pesan yang disampaikan mencerminkan nilai dan integritas perusahaan.
Tiga area utama yang berada di bawah kepemimpinannya—Corporate Communications, Public Affairs & Government Relations, serta Sustainability—memiliki satu benang merah: membangun kepercayaan.
Bagi Fifin, kredibilitas tidak dibangun dalam semalam, tetapi melalui konsistensi narasi dan dampak nyata yang dirasakan masyarakat.
"Kami juga ingin isu tentang keberlanjutan tidak hanya berujung sebagai inisiatif tambahan, tapi menjadi bagian dari core bisnis kami," katanya.
Dari Komitmen hingga Aksi: Menjalankan Program Keberlanjutan yang Terintegrasi
Sufintri Rahayu dalam menyambut kunjungan duta besar Swiss ke Boiler Biomassa Pabrik Karawang. Foto: Dok Pribadi
Nestlé Indonesia di bawah kepemimpinan Sufintri Rahayu dalam hal keberlanjutan telah meluncurkan berbagai program konkret yang sejalan dengan komitmen jangka panjang menuju Net Zero Emission pada 2050. Komitmen ini diwujudkan melalui empat pilar utama: Pengurangan emisi karbon, Kemasan berkelanjutan, Pengelolaan air yang bertanggung jawab, dan Sumber bahan baku yang bertanggung jawab.
Salah satu inisiatif unggulannya adalah pengelolaan sampah plastik pasca konsumsi. Hingga kini, Nestlé Indonesia telah mendukung lebih dari 23 Material Recovery Facilities (MRFs), termasuk TPS3R Baraya Runtah di Karawang yang mampu mengelola hingga 1.800 ton sampah per tahun dan melayani lebih dari 6.900 rumah tangga.
Sufintri Rahayu dalam menyambut kunjungan duta besar Swiss ke Boiler Biomassa Pabrik Karawang. Foto: Dok Pribadi
Tak hanya itu, mereka juga menyediakan Waste Dropbox di area perkantoran bagi karyawan, tenant dan komunitas sekitar, maupun Waste Station di titik-titik ritel, bekerja sama dengan UMKM, agregator, dan pemulung. Di sisi produk, inovasi dilakukan dengan mengganti sedotan plastik menjadi sedotan kertas serta beralih ke kemasan mono-material yang lebih mudah didaur ulang.
Di sisi hulu, Nestlé Indonesia juga telah membangun boiler biomassa di tiga pabriknya di Pulau Jawa, mendorong pertanian regeneratif yang diwujudkan salah satuya melalui penanaman lebih dari 1 juta pohon di Lampung, dan membangun lebih dari 8.700 kubah biogas bersama peternak sapi perah rakyat di Jawa Timur.
Kolaborasi: Kunci Keberlanjutan yang Berdampak Luas
Kepala BPJPH Haikal Hassan bersama jajaran berdiskusi bersama Sufintri Rahayu, Direktur Corporate Affairs & Sustainability Nestle Indonesia, saat mengunjungi booth Nestle Indonesia dalam Indonesia International Halal Festival (IIHF) 2025 di Jakarta. Foto: Dok. Nestle Indonesia
Bagi Fifin, keberlanjutan bukan pekerjaan satu pihak saja. Maka dari itu, kolaborasi menjadi strategi utama Nestlé Indonesia. Mereka bekerja sama dengan pemerintah, asosiasi, akademisi dan komunitas lokal dalam pembangunan TPS3R, pelatihan pertanian regeneratif, dan edukasi lingkungan. Kerja sama juga dilakukan dengan sekolah, universitas maupun rumah sakit untuk menyebarluaskan gaya hidup berkelanjutan kepada anak-anak dan keluarga.
Tak ketinggalan, media juga menjadi mitra penting. "Dengan menyebarluaskan cerita-cerita perubahan ini, media bisa menjadi katalisator gerakan kolektif," kata Fifin.
Untuk Generasi Mendatang: Keberlanjutan sebagai Budaya Hidup
"Mulailah dari langkah kecil di rumah. Ajarkan anak mencintai alam dan lingkungan sekitar. Menjadi ibu adalah peran penting dalam membentuk generasi yang peduli dan sadar."
Itulah pesan Fifin untuk para ibu muda yang ingin membesarkan anak dengan kesadaran lingkungan. Ia juga berharap di masa depan, keberlanjutan bukan hanya menjadi jargon, tapi menjadi bagian dari budaya keluarga di Indonesia.
"Saya ingin melihat setiap keluarga merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga bumi. Bahwa keberlanjutan bukan tanggung jawab pemerintah atau perusahaan saja, tapi tanggung jawab bersama," katanya.
Dalam diri Sufintri Rahayu, kita melihat bahwa kepemimpinan yang kuat tidak harus kehilangan kelembutan. Bahwa menjadi ibu, perempuan, dan pemimpin, bukanlah tiga peran yang saling bertabrakan, tapi justru saling menguatkan. Dan bahwa dari rumah, nilai-nilai besar bisa dibawa ke ruang-ruang strategis yang memberi dampak nyata bagi bumi dan generasi yang akan datang.