Presiden baru Taiwan Lai Ching-te terlihat di atas panggung saat upacara pelantikan di luar gedung kantor Kepresidenan di Taipei, Taiwan (20/5/2024). Foto: Carlos Garcia Rawlins/ REUTERS
Presiden Taiwan Lai Ching-te dan diplomat tinggi AS memperingati 36 tahun tragedi Tiananmen Square pada 1989 lalu.
Peringatan tragedi Tiananmen Square diperingati di kota-kota di luar negeri termasuk di Taiwan. Peringatan ini dimanfaatkan oleh pemimpin di Taiwan untuk mengkritik China dan mendesak China bertanggung jawab atas apa yang terjadi 36 tahun lalu.
Dalam unggahan di Facebook, Lai memuji keberanian mereka yang terlibat dalam unjuk rasa 36 tahun lalu. Dia mengatakan hak asasi manusia adalah konsep yang dianut Taiwan dan negara-negara demokrasi lainnya yang melampaui batas dan generasi.
"Peringatan insiden Tiananmen 4 Juni tidak hanya untuk meratapi sejarah, tapi juga untuk mengabadikan kenangan ini," kata Lai yang disebut Beijing sebagai separatis, dikutip dari Reuters, Rabu (4/6).
Sejumlah pengujung melintas di Tiananmen Square, Cina, Sabtu (7/9/2024). Foto: Nadia Jovita Injilia Riso/kumparan
"Pemerintah otoriter memilih untuk melupakan dan membungkam sejarah, sementara masyarakat demokratis memilih untuk melestarikan kebenaran dan menolak melupakan mereka yang telah mengorbankan hidup, bahkan mimpi mereka untuk gagasan hak asasi manusia," lanjutnya.
"Tidak hanya menolak melupakan sejarah, kami juga akan menerapkan nilai-nilai inti kami sehari-hari," katanya lagi.
Sementara itu, Menlu AS Marco Rubio memuji keberanian warga China yang tewas dalam unjuk rasa berdarah itu.
"Hari ini kita memperingati keberanian warga China yang tewas saat berupaya menjalankan kebebasan fundamental, termasuk mereka yang terus menghadapi penganiayaan karena mencari pertanggungjawaban dan kebenaran dari peristiwa 4 Juni 1989," kata Rubio dalam pernyataannya.
"Partai Komunis China secara aktif mencoba mensensor fakta, namun dunia tidak akan lupa," katanya lagi.
Warga Beijing berbincang dengan tentara untuk pulang ke rumah ketika demonstran membanjiri Beijing pada 3 Juni 1989. Foto: AFP/CATHERINE HENRIETTE
Keluarga korban yang tergabung dalam The Tiananmen Mothers kembali mendesak pemerintah China bertanggung jawab atas insiden yang terjadi 36 tahun lalu.
"Para algojo tahun itu satu per satu meninggal dunia, tapi sebagai kelanjutan partai yang berkuasa, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk merespons dan menangani Pembantaian Tiananmen," kata Zhang Xianling, ibu dari Wang Nan yang tewas dalam insiden 36 tahun lalu.
Hingga saat ini, China tidak pernah mengungkap jumlah korban tewas dalam insiden di Tiananmen Square. Kelompok hak asasi manusia dan para saksi mengatakan jumlah bisa mencapai ribuan orang.
Menurut China, unjuk rasa saat itu dilakukan untuk menggulingkan kekuasaan Partai Komunis China.