Ilustrasi untuk Keistimewaan Malam 1 Suro. Sumber: Unsplash/Noah Silliman
Malam 1 Suro merupakan awal Tahun Baru Jawa. Bagi masyarakat Jawa, waktu ini merupakan momen yang istimewa. Sebab, ada keistimewaan malam 1 Suro yang hanya ada pada waktu tersebut.
Masyarakat biasanya melakukan sejumlah tradisi untuk memperingati malam 1 Suro, salah satunya adalah kirab kebo bule.
Keistimewaan Malam 1 Suro bagi Masyarakat Jawa
Ilustrasi untuk Keistimewaan Malam 1 Suro. Sumber: Unsplash/Masjid Pogung Dalangan
Dikutip dari Etnomatematika Nusantara, Mastur (2021:126), Kalender Jawa adalah sistem penanggalan yang dikenalkan dan diberlakukan oleh Sultan Agung di Kerajaan Mataram dan turunannya sejak tahun 1633 Masehi.
Kalender Jawa merupakan upaya yang dilakukan oleh Sultan Agung untuk menanamkan nilai Islam ke dalam sistem penanggalan Saka yang digunakan oleh masyarakat pada waktu itu. Perhitungan kalender Jawa mengacu pada perputaran Bulan seperti penanggalan Hijriah, tetapi bilangan tahunnya meneruskan tahun Saka.
Awal Tahun Baru Jawa adalah 1 Suro. Keistimewaan malam 1 Suro adalah diyakini sebagai malam yang suci dan penuh rahmat. Sebagian masyarakat Jawa Islam percaya bahwa di malam 1 Suro manusia bisa mendekatkan diri kepada Tuhan dengan membersihkan diri dan melawan hawa nafsu.
Pada malam 1 Suro, masyarakat akan membersihkan diri secara lahir dan batin, melakukan introspeksi diri, serta bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, masyarakat Jawa juga meyakini harus bersikap eling (ingat) dan waspada selama bulan Suro.
Tradisi Malam 1 Suro yang Dilakukan Masyarakat
Ilustrasi untuk Keistimewaan Malam 1 Suro. Sumber: Unsplash/Rachel Kucera
Terdapat banyak cara khas yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperingati malam 1 Suro. Berikut ini beberapa tradisi malam 1 Suro di sejumlah daerah.
1. Kirab Kebo Bule
Keraton Surakarta akan mengadakan Kirab Kebo Bule. Tradisi ini berupa mengarak kerbau bule (albino) dan pusaka yang dianggap sakral. Kirab ini disertai dengan pembacaan doa dan bertujuan untuk menghormati leluhur serta mengharapkan keselamatan dan keberkahan.
2. Tapa Bisu 1 Suro
Tradisi lainnya adalah tapa bisu 1 Suro yang dilakukan di Yogyakarta. Masyarakat akan berjalan kaki berkeliling benteng keraton sejauh beberapa kilometer tanpa berbicara sama sekali. Tapa bisu dipimpin oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta.
3. Grebeg Suro
Masyarakat Ponorogo memperingati 1 Suro dengan melakukan grebeg Suro. Terdapat sejumlah kegiatan dan ritual dalam grebeg Suro seperti pagelaran pusaka, pertunjukan reog, ziarah makam, dan lainnya.
4. Ruwat Agung Nuswantoro
Untuk menyambut bulan Suro, masyarakat Mojokerto menggelar ruwat agung nuswantoro. Terdapat beberapa prosesi dalam tradisi ini, yaitu jamasan pusaka, penyajian sesaji, doa bersama, rebutan sesaji, dan pagelaran wayang kulit. Jamasan pusaka adalah ritual membersihkan pusaka yang dilakukan setiap malam 1 Suro.