Nov 14th 2024, 16:09, by Hutri Dirga Harmonis, kumparanWOMAN
Darya-Varia, salah satu perusahaan farmasi di Indonesia memberikan beasiswa penelitian di bidang STEM (science, technology, engineering, and mathematics) kepada mahasiswi lewat program bertajuk D-STAR (Darya-Varia Scholarship for Talented and Aspiring Researchers). Ini merupakan upaya Darya-Varia untuk mengecilkan kesenjangan gender antara perempuan dan laki-laki di bidang STEM.
STEM masih menjadi bidang yang tampak maskulin karena didominasi oleh laki-laki. Menurut data UN Women, keterwakilan perempuan di industri STEM hanya di angka 29,2 persen. Bahkan catatan UNESCO menunjukkan bahwa jumlah peneliti perempuan di bidang STEM hanya 31 persen. Persentase ini sangat jauh jika dibandingkan dengan jumlah peneliti laki-laki di sains yang mencapai angka 69 persen.
Berangkat dari fenomena itu, D-STAR pun hadir untuk memberikan dukungan kepada mahasiswi dari program studi Farmasi untuk melanjutkan karier di bidang STEM dan menjadi young women researchers. Darya-Varia bekerja sama dengan empat universitas negeri di Indonesia di antaranya, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Beasiswa ini ditujukan kepada para mahasiswi yang sedang melakukan penelitian untuk tugas akhir mereka. Kemudian pemenang D-STAR akan mendapatkan beasiswa penelitian sebesar Rp 30 juta untuk mendukung penyelesaian tugas akhir mereka.
Seluruh peserta mengikuti rangkaian proses mulai dari pendaftaran, seleksi dokumen, interview, hingga pengumuman yang durasinya kurang lebih mencapai empat bulan dari Juli–November 2024.
"Kami bangga dapat meluncurkan program beasiswa D-STAR ini sebagai salah satu bentuk komitmen kami untuk mendukung inklusivitas perempuan di industri farmasi. Perusahaan percaya dapat mengisi defisit penetrasi tenaga kerja perempuan dalam industri dan juga dapat mengembangkan mereka menjadi peneliti terkemuka," kata Presiden Direktur PT Darya-Varia Laboratoria Tbk, Ian Kloer, dalam keterangan resmi kepada kumparanWOMAN.
Kemudian pada Senin (11/11), sejalan dengan perayaan Hari Sains Sedunia yang jatuh setiap 10 November, resmi diumumkan empat mahasiswi sebagai pemenang D-STAR 2024. Mereka adalah Haifa Nurul Karimah dari ITB, Diva Nanda Ayana dari Unair, Patricia Heidi Surjadidjaja dari UI, dan Dini Maharani dari UGM. Mereka berhasil mengalahkan 12 peserta lainnya dan berhak atas dana beasiswa dari D-STAR 2024.
kumparanWOMAN berkesempatan untuk melakukan sesi wawancara eksklusif bersama keempat pemenang D-STAR dan mereka berbagi pengalaman tentang keikutsertaannya pada program beasiswa ini hingga akhirnya dinobatkan sebagai pemenang.
4 Sosok Pemenang Beasiswa Darya Varia D-Star
1. Haifa Nurul Karimah, ITB
Haifa yang merupakan mahasiswi jurusan Farmasi di ITB semester tujuh mengangkat topik penelitian yang berfokus pada penyakit kanker bertajuk "Sintesis dan Karakterisasi Carbon Dots Berbasis Kurkumin serta Uji Sitotoksisitas In Vitro dan Bioimaging In Vivo untuk Aplikasi Teranostik pada Kanker." Lewat penelitian ini, Haifa ingin menciptakan teknologi yang dapat mendeteksi sekaligus menjadi alternatif pengobatan kanker yang lebih murah dengan memanfaatkan bahan alami seperti curcumin.
Menurutnya, kanker merupakan penyakit masa kini yang kejadiannya terus meningkat secara drastis baik di Indonesia maupun global. Bahkan WHO juga memprediksi akan ada peningkatan 77 persen kasus kanker baru di tahun 2050. Namun sayangnya, kebanyakan kasus kanker di Indonesia baru terdeteksi di stadium akhir.
"Kanker itu sangat penting untuk dilihat dan didiagnosis sedini mungkin karena itu terbukti akan meningkatkan kesembuhan. Tapi salah satu masalah di Indonesia adalah mahalnya biaya untuk deteksi kanker. Karena itu, penelitian saya ini akan menciptakan sebuah agen untuk deteksi dini kanker sekaligus pengobatan yang lebih murah karena berasal dari bahan alami, yaitu kunyit," ungkap Haifa dalam wawancara online dengan kumparanWOMAN.
Topik penelitian Haifa memiliki misi penting untuk memberikan opsi baru tentang deteksi dini dan pengobatan kanker. Ini juga merupakan salah satu komitmen Haifa untuk terus berkiprah di bidang STEM dengan berkontribusi pada perkembangan obat-obatan di Indonesia. Ia juga ingin menjadi salah satu pihak yang dapat memastikan ketersediaan obat-obatan kanker dengan harga yang lebih terjangkau bagi masyarakat.
2. Diva Nanda Ayana, Unair
Diva kini duduk di semester tujuh Program Studi Farmasi di Unair. Ia mulai tertarik dengan bidang STEM karena banyak hal yang tidak ia ketahui soal dunia farmasi. Pikiran Diva mulai terbuka setelah mengetahui bahwa farmasi bukan hanya bidang yang memasok obat, tapi juga harus mempelajari berbagai hal termasuk bagaimana obat akan bekerja pada tubuh dan ragam efek sampingnya.
Ini juga yang menjadi latar belakang Diva memilih topik tentang sistem imun untuk penelitiannya. Diva mengangkat penelitian berjudul "Aktivitas Kapsul Ekstrak Daun Ruta angustifolia L. Sebagai Imunostimulan Terhadap IgM Dan IgG Pada Tikus yang Diinduksi Vaksin Hepatitis B."
Diva juga memiliki mimpi besar dengan mengikuti program beasiswa D-STAR ini. Ia ingin berkontribusi dalam mengembangkan obat-obatan dari bahan herbal yang bermanfaat untuk meningkatkan imunitas manusia. Baginya, D-STAR juga akan membuka jalan yang luas agar dia bisa terus berkarier di bidang STEM ke depannya.
"Harapannya setelah ini saya bisa melanjutkan penelitian-penelitian saya di bidang imunologi atau yang berbasis tanaman obat untuk memanfaatkan sumber daya alam. Saya juga ingin menjadi bagian dari lembaga riset, serta menjalani kesempatan magang di divisi R&D bersama Darya-Varia," ujar Diva.
3. Patricia Heidi Surjadidjaja, UI
Patricia memutuskan untuk mengikuti program beasiswa Darya-Varia karena menyadari bahwa penelitiannya yang mengangkat topik penyakit malaria membutuhkan dana sangat besar. Dia percaya bahwa D-STAR akan memberikan dukungan maksimal baginya untuk menciptakan inovasi baru terhadap pengobatan malaria.
Mahasiswi jurusan Farmasi UI semester delapan ini mengangkat penelitian berjudul "Analytical Method Development and Validation of Tafenoquine and 5,6-Orthoquinone-Tafenoquine in Plasma Using Ultra-High Performance Liquid Chromatography-Mass Spectrometry."
Ia meneliti obat bernama Tafenoquine yang telah diakui di Amerika sebagai obat malaria yang lebih efektif. Patricia berharap penelitiannya dapat menjadi gambaran bagi pemerintah untuk membawa obat ini ke Indonesia sebagai opsi baru dalam pengobatan malaria.
Kendati demikian, Patricia juga mengaku menemui ragam tantangan saat mempersiapkan konsep penelitiannya selama mengikuti program D-STAR. Ia harus berkompetisi dengan orang-orang yang tidak dikenal dan mengikuti berbagai aktivitas padat dari rangkaian D-STAR. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat Patricia sebagai perempuan untuk terus berkomitmen di bidang STEM.
"Menurutku harusnya jenis kelamin nggak jadi batasan karena pada dasarnya ilmu tidak ada batasnya, mau perempuan, laki-laki itu bisa. Apalagi D-STAR juga selama ini memberikan support yang lebih dari uang, tapi programnya juga memacu kita untuk meningkatkan self confidence dan self esteem," imbuh Patricia.
4. Dini Maharani, UGM
Rani sudah mengawali kehidupan sebagai mahasiswi di UGM dengan bergabung di grup riset yang berfokus pada penyakit kanker. Sejak saat itu, Rani merasa dunia kesehatan alias keilmuwan sains merupakan masa depannya. Tapi Rani juga menyadari bahwa banyak halangan bagi perempuan untuk berkiprah di bidang STEM.
"Perempuan yang ingin masuk ke STEM itu banyak tapi terhalang dunia STEM yang cukup men-centered dan pandangan-pandangan tradisional, seperti perempuan yang harusnya di dapur, dan hal-hal itu yang membuat perempuan susah untuk masuk apalagi survive-nya," ungkap Rani yang kini duduk di bangku semester enam itu.
Namun fenomena ini tidak menyurutkan semangat Rani untuk terus maju di bidang STEM. Untuk itu, ia memulai kiprahnya dengan melakukan penelitian bertajuk "Anticancer Effect of Baicalein on Breast Cancer Stem Cell: In Vitro and Bioinformatics Study." Lewat studinya, Rani mengembangkan teknologi untuk mengeliminasi sumber kanker payudara sehingga tidak ada risiko kekambuhan di masa depan.
Mengikuti program D-STAR juga menjadi langkah awal bagi Rani untuk membuktikan diri bahwa dia sebagai perempuan juga bisa berkarya di bidang sains. Terlebih topik yang diambilnya juga sangat dekat dengan perempuan, yaitu kanker payudara yang masih menjadi momok hingga saat ini.