5 Tradisi Khas Indonesia yang Jadi Magnet Bagi Wisatawan - juandry blog

Halaman ini telah diakses: Views
kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
5 Tradisi Khas Indonesia yang Jadi Magnet Bagi Wisatawan
Sep 23rd 2024, 18:00, by Gitario Vista Inasis, kumparanTRAVEL

Tradisi Fahombo di Nias Foto: Shutter Stock
Tradisi Fahombo di Nias Foto: Shutter Stock

Terdiri dari berbagai suku bangsa membuat Indonesia memiliki banyak tradisi, dan kebudayaan yang tersebar di berbagai daerah. Selain bermakna dan unik, tradisi-tradisi tersebut juga menjadi magnet atau daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Berikut kumparan rangkum tradisi unik dan ikonik di Indonesia yang menjadi magnet atau daya tarik bagi wisatawan, seperti dikutip dari akun Instagram resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) @kemenparekraf.ri.

1. Fahombo, Sumatera Utara

Lompat batu, salah satu objek menarik yang akan didapatkan wisatawan ketika berkunjung ke Nias. Foto: Antara Sumut/ist
Lompat batu, salah satu objek menarik yang akan didapatkan wisatawan ketika berkunjung ke Nias. Foto: Antara Sumut/ist

Fahombo atau dikenal juga sebagai "lompat batu" adalah tradisi khas masyarakat Nias. Tradisi ini mengharuskan seseorang melompati susunan batu setinggi 2 meter sebagai ujian keberanian, kedewasaan, dan kemampuan fisik.

Lompat batu ini menjadi simbol penting dalam budaya Nias, yang pada awalnya memiliki makna sebagai bagian dari persiapan fisik bagi para pemuda, untuk bertempur atau berperang. Tradisi ini sempat menjadi gambar mata uang Rp 1.000 keluaran tahun 1992.

2. Ma'nene, Sulawesi Selatan

Kerabat membersihkan jenazah keluarganya saat ritual Manene di Lembang Ampang Batu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Foto: Arnas Padda/Antara Foto
Kerabat membersihkan jenazah keluarganya saat ritual Manene di Lembang Ampang Batu, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Foto: Arnas Padda/Antara Foto

Ritual unik dan misterius ini merupakan kegiatan membersihkan jasad para leluhur, yang sudah meninggal dunia ratusan tahun lalu. Walaupun saat ini ritual tersebut sudah jarang dilakukan, beberapa daerah, seperti Desa Pangala dan Baruppu masih rutin melaksanakan Ma'Nene setiap tahunnya.

Upacara ritual yang dilaksanakan setiap bulan Agustus ini diartikan sebagai penguasa kekerabatan di antara mereka. Bahkan, ritual Ma'Nene sudah menjadi aturan standar tak tertulis yang selalu dipatuhi oleh setiap warga negara.

Ritual Ma'Nene tidak hanya sekadar ritual memandikan jasad dan memakaikan pakaian baru. Ritual ini memiliki makna lebih, yakni mencerminkan betapa pentingnya hubungan antar-anggota keluarga bagi masyarakat Toraja, terlebih bagi sanak saudara yang telah terlebih dahulu meninggal dunia.

3. Bau Nyale, Nusa Tenggara Barat

Warga menunjukkan "Nyale" (cacing laut warna-warni) di Pantai Seger, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Kuta, Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (4/3).  Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
Warga menunjukkan "Nyale" (cacing laut warna-warni) di Pantai Seger, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Kuta, Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (4/3). Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO

Tradisi ini sukses menarik ribuan wisatawan setiap tahunnya ke Lombok Tengah, untuk berburu nyale atau cacing laut yang dianggap sebagai jelmaan Putri Mandalika.

Menurut legenda, Putri Mandalika mengorbankan dirinya demi kebaikan rakyat. Semakin banyaknyale yang ditangkap, semakin baik pertanda untuk kemakmuran.

4. Tabuik, Sumatera Barat

Ritual Tabuik di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Foto: Shutterstock
Ritual Tabuik di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Foto: Shutterstock

Upacara kolosal yang berlangsung selama 10 hari di Pariaman ini digelar untuk memperingati kematian cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Husain bin Ali. Selain ritual keagamaannya, kebudayaan ini juga menjadi ajang pertemuan beragam seni, musik, dan pertunjukan khas Minangkabau.

5. Dugderan, Jawa Tengah

Warga melihat pentas tarian kuda lumping dalam tradisi Dugderan di Aloon-Aloon Masjid Agung Semarang, Jawa Tengah, Kamis (31/3/2022). Foto: Aji Styawan/ANTARA FOTO
Warga melihat pentas tarian kuda lumping dalam tradisi Dugderan di Aloon-Aloon Masjid Agung Semarang, Jawa Tengah, Kamis (31/3/2022). Foto: Aji Styawan/ANTARA FOTO

Dugderan adalah tradisi khas Kota Semarang untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Tradisi ini sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Semarang sejak lama, dan biasanya diadakan beberapa hari sebelum bulan puasa dimulai.

Nama Dugderan berasal dari bunyi "dug", yang diambil dari suara bedug, dan "der", yang diambil dari suara meriam, sebagai simbol pengumuman datangnya bulan Ramadan. Tradisi ini mencerminkan semangat kebersamaan dan sukacita menyambut bulan penuh berkah.

Pernah datang ke festival-festival di atas?

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url