Riset Sun Life: 52% Milenial RI Punya Finansial Kuat, tapi Tak Melebihi 1 Tahun
1 Apr, 2024
Halaman ini telah diakses:
Views
Perusahaan asuransi global, Sun Life, melakukan riset mengenai ketahanan finansial di Asia, termasuk Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa generasi milenial Indonesia memiliki tingkat ketahanan finansial tertinggi.
Selain itu, kepercayaan diri dan optimisme tinggi terhadap kondisi finansial juga dimiliki oleh semua generasi. Namun sangat disayangkan, sebagian besar dari mereka belum memiliki perencanaan keuangan untuk masa depan.
Berdasarkan laporan Sun Life, Senin (1/4), Indeks Ketahanan Finansial Sun Life di Asia didasarkan pada survei terhadap 8.000 responden di delapan negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Tiongkok, Hong Kong, India, Filipina, dan Vietnam.
Dalam survei terhadap 1.000 rumah tangga di Indonesia, generasi milenial terbukti menjadi generasi yang paling tangguh secara finansial. Mereka mendapat skor tertinggi dalam Indeks literasi keuangan dan kepercayaan diri, yakni 52 persen, dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua 46 persen.
Lebih dari itu, mereka juga optimistis dalam mewujudkan tujuan jangka panjang (70 persen), serta cenderung membuat keputusan keuangan berdasarkan riset (60 persen).
Milenial lebih mungkin untuk mematuhi anggaran bulanan mereka (71 persen) dibandingkan dengan generasi lainnya, seperti Gen Z (70 persen), Gen X (68 persen), dan baby boomers (69 persen).
Namun demikian, sebagian besar responden milenial (45 persen) tidak memiliki rencana keuangan lebih dari satu tahun, yang mana hal ini dapat mengancam tujuan keuangan jangka panjang mereka.
Presiden Direktur Sun Life Indonesia, Elin Waty, menjelaskan generasi milenial Indonesia menunjukkan ketahanan finansial yang baik. Dengan pemahaman teknologi yang lebih baik, milenial memiliki beragam sarana dalam merencanakan keuangan, didukung oleh kecenderungan mereka dalam membuat keputusan berdasarkan riset.
"Namun, laporan ini menyoroti fenomena yang lebih mengkhawatirkan, di mana hanya sedikit dari generasi milenial Indonesia yang memiliki perencanaan keuangan jangka panjang untuk mencapai tujuan hidup mereka. Hal ini menegaskan pentingnya bagi milenial untuk memprioritaskan perencanaan keuangan, mengingat perubahan yang dinamis dalam dunia investasi saat ini," kata Elin.
Riset ini menemukan bahwa di seluruh Asia, tingkat kepercayaan dalam mencapai tujuan keuangan jangka panjang lebih tinggi daripada kesiapan yang dimiliki. Di Indonesia, 65 persen responden yakin dapat mencapai tujuan keuangan jangka panjang mereka (dibandingkan dengan rata-rata Asia sebesar 69 persen), namun hanya 43 persen yang memiliki rencana keuangan lebih dari satu tahun ke depan (dibandingkan dengan rata-rata Asia sebesar 40 persen).
Selain itu, walaupun dana pensiun dan tabungan merupakan prioritas keuangan kedua yang paling penting bagi masyarakat Indonesia, hanya (21 persen) yang telah menetapkan rencana pensiun atau tabungan untuk mencapai tujuan keuangan mereka di masa mendatang.
"Sangat menggembirakan melihat begitu banyak individu merasa lebih optimistis tentang keuangan mereka di tahun 2024, dan optimisme ini perlu diwujudkan melalui rencana keuangan yang konkret, dengan langkah sederhana dan jelas untuk mencapai kemapanan finansial dan menjalani kehidupan yang lebih sehat," jelas Elin lebih lanjut.
Laporan Sun Life juga mengungkap adanya kesenjangan yang jelas antara wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia, di mana penduduk perkotaan merasa memiliki tingkat keamanan finansial yang lebih besar (59 persen) dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah pedesaan (50 persen).
Hampir separuh dari responden (45 persen) mengindikasikan bahwa emosi dan kepercayaan memegang peran penting dalam pengambilan keputusan finansial mereka. Institusi keuangan menjadi sumber informasi finansial yang paling dipercaya, diikuti oleh keluarga dan teman. Meskipun media sosial menjadi sumber umum saran finansial (56 persen), namun hanya sedikit yang mempercayai (16 persen).
Hasil survei menunjukkan bahwa responden dengan kekayaan yang tinggi juga memiliki kekurangan terkait kesiapan, perkiraan pengeluaran, dan perencanaan keuangan jangka panjang. Mereka juga memiliki kecenderungan untuk memiliki pengeluaran yang melebihi anggaran bulanan (15 persen), layaknya responden berpenghasilan rendah.