Indeks Manufaktur RI Capai 54,2 di Maret 2024, Rekor Tertinggi dalam 2 Tahun

Halaman ini telah diakses: Views
Petugas menyelesaikan produksi motor di pabrik Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) di Jakarta Timur. Foto: Dok. YIMM
Petugas menyelesaikan produksi motor di pabrik Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) di Jakarta Timur. Foto: Dok. YIMM

Indeks manufaktur Indonesia yang dikeluarkan S&P Global, Indonesia Manufacturing Purchasing Manager's Index (PMI), kembali menunjukkan ekspansi di Maret 2024.

Berdasarkan laporan S&P, Senin (2/4), indeks manufaktur RI mencapai 54,2 di Maret 2024, meningkat dari bulan sebelumnya 52,7. Data PMI di Maret menunjukkan industri manufaktur yang lebih kuat, dengan peningkatan yang lebih cepat baik dalam output maupun pesanan baru.

"Untuk mengakomodasi permintaan yang tinggi dan kebutuhan produksi yang meningkat, perusahaan memperoleh input sebanyak-banyaknya dalam dua tahun terakhir, yang pada gilirannya mendukung rekor peningkatan stok pembelian," ujar Pollyanna De Lima, Direktur Asosiasi Ekonomi di S&P Global Market Intelligence.

Tekanan terhadap kapasitas masih tetap ringan, ditambah dengan menurunnya tingkat kepercayaan dunia usaha, sehingga secara umum tidak ada perubahan dalam lapangan kerja. Sementara itu, data terbaru menunjukkan peningkatan yang lebih tajam pada biaya input dan output.

Pollyanna mengatakan, peningkatan pesanan perusahaan pada bulan lalu merupakan yang tercepat sejak Agustus 2023. Hal ini didorong oleh tren permintaan yang meningkat dan perolehan klien baru, sehingga perusahaan meningkatkan volume produksi. Peningkatan pesanan ini didorong oleh sektor domestik, karena penjualan internasional merosot sejak Februari 2024.

"Untuk memenuhi peningkatan penjualan dan kebutuhan produksi yang lebih besar, produsen di Indonesia berupaya membangun kembali inventaris mereka dengan memperoleh bahan tambahan. Tingkat pembelian meningkat pada tingkat yang curam dan merupakan yang terkuat dalam dua tahun terakhir," jelasnya.

Pemasok sektor manufaktur di Indonesia juga menaikkan harga pada Maret, yang mengakibatkan kenaikan harga produk paling tajam. "Industri manufaktur Indonesia menikmati kinerja luar biasa di bulan Maret, dengan pertumbuhan produksi mencapai titik tertinggi dalam 27 bulan terakhir karena peningkatan signifikan dalam permintaan barang dalam negeri," kata dia.

Meski demikian, S&P mewanti-wanti agar kenaikan harga di pemasok tersebut tidak mempengaruhi harga di tingkat konsumen. Beberapa perusahaan yakin permintaan akan tetap baik dalam beberapa bulan mendatang.

"Namun, beberapa perusahaan lainnya kurang bersedia untuk merekrut pekerja tambahan karena adanya tekanan terhadap kapasitas," tambahnya.

Sebagian besar produsen (94 persen) memilih untuk tidak menaikkan gaji karyawan pada Maret 2024, melanjutkan tren lapangan kerja sejak September 2023.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url