JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengatakan Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2011 mencapai USD11,9 miliar, hal ini meningkat cukup tajam dibandingkan USD7,7 miliar pada triwulan sebelumnya.
Kabiro Humas BI Difi A Johansyah mengatakan transaksi modal dan finansial yang melampaui penurunan surplus transaksi berjalan.
"Ini sejakan dengan jumlah cadangan devisa pada akhir Juni 2011 meningkat menjadi USD119,7 miliar atau setara dengan 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah," ujar Difi dalam rilis yang diterima wartawan di Jakarta, Selasa (9/8/2011).
Adapun transaksi berjalan masih mencatat surplus sebesar USD0,2 miliar, ditopang oleh kenaikan ekspor nonmigas dan ekspor gas. Namun, surplus tersebut menyusut dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai USD2,1 miliar akibat meningkatnya defisit pada neraca perdagangan minyak, neraca jasa, dan neraca pendapatan.
Kenaikan defisit pada ketiga neraca ini terutama disebabkan oleh meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang memicu kenaikan impor minyak, bertambah banyaknya penduduk Indonesia yang bepergian ke luar negeri, dan besarnya pembayaran imbal hasil kepada investor asing sejalan dengan kenaikan arus masuk investasi asing.
"Penurunan kinerja transaksi berjalan tersebut dapat diimbangi oleh surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat signifikan menjadi sebesar USD12,5 miliar dari USD6,4 miliar pada triwulan sebelumnya," katanya.
Arus masuk investasi langsung ke Indonesia (PMA) terus meningkat sejalan dengan iklim investasi yang semakin kondusif. Arus masuk investasi portofolio juga meningkat didorong oleh masih tingginya ekses likuiditas di pasar keuangan global dan tetap menariknya imbal hasil investasi di dalam negeri.
Selain itu, peningkatan kebutuhan pembiayaan di dalam negeri mendorong sektor swasta untuk menarik utang maupun simpanan dari luar negeri sehingga investasi lainnya mencatat surplus.
(ade)