TEMPO Interaktif, Jakarta - Rontoknya bursa global akibat kekhawatiran pelambatan ekonomi memicu tekanan jual di bursa lokal. Indeks Dow Jones yang jatuh lebih dari 265 poin yang diikuti oleh bursa regional dimanfaatkan oleh para investor domestik untuk merealisasikan keuntungan yang sudah diperoleh.
Alhasil, indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia pada penutupan perdagangan Rabu, 3 Agustus 2011, jatuh cukup tajam 41,339 poin (0,99 persen) ke level 4.136,507. Indeks bahkan sempat jatuh lebih dari 87 poin ke level 4.095,87.
Kejatuhan indeks ini dimotori oleh saham konstruksi yang mengalami koreksi 1,63 persen, infrastruktur turun 1,49 persen, serta saham pertambangan juga merosot 1,28 persen.
Volume perdagangan hari ini mencapai 5,73 miliar saham, dengan nilai transaksi Rp 5,7 triliun, serta frekwensi lebih dari 146 ribu kali. Harga 187 saham turun, dan hanya 60 saham yang naik, serta 74 saham lainnya stagnan. Investor asing kali ini mencatat penjualan bersih Rp 442,2 miliar.
Analis dari PT Samuel Sekuritas, Muhammad Alfatih mengemukakan, turunnya data manufaktur serta disetujuinya pemotongan anggaran belanja memicu kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi AS akan mengalami pelambatan.
Anggaran belanja yang akan diperketat bisa menimbulkan pelambatan ekonomi, ditambah lagi ancaman penuruan rating surat oleh lembaga pemeringkat internasional." Hal ini membuat tercapainya kesepakatan kenaikan batas utang AS tidak direspon positif," tuturnya.
Rating utang AS yang masih dipertahankan dilevel AAA setidaknya mengurangi kecemasan investor meskipun prospeknya diturunkan menjadi negatif.
Dari faktor domestik sebenarnya masih mendukung pergerakan indeks. "Tumbuhnya laba emiten, inflasi yang tetap terkendali serta prospek ekonomi yang masih cerah bisa menjadi katalis bagi indeks untuk kembali naik,"papar Alfatih.
VIVA B. KUSNANDAR