TEMPO Interaktif, Sidoarjo - Desain jalur jalan tol Porong–Gempol mengalami perubahan. Semula akan dibangun sekitar 3 kilometer dari pusat semburan lumpur Lapindo, kemudian digeser lebih menjauh, yakni 4,5 kilometer dari pusat semburan.
Kepala Sub Direktorat Perencanaan Teknik Bina Marga PT Jasa Marga, Arief irianto, menjelaskan perubahan desain dengan menggeser lebih menjauh dari pusat semburan lumpur adalah untuk menghindari penurunan permukaan tanah yang sewaktu-waktu bisa terjadi. "Tim kajian Institut Tekhnologi Bandung menilai jalur dengan desain awal dengan jarak 3 kilometer dari pusat semburan rentan terjadi tanah ambles," katanya, Kamis, 11 Agustus 2011.
Berdasarkan hasil kajian Institut Tekhnologi Bandung tersebut, PT Jasa Marga yang akan mengelola jalan tol Porong-Gempol memutuskan untuk melakukan perubahan desain. Kementerian Pekerjaan Umum, kata Arief, juga telah menyetujui perubahan desain tersebut. "Dengan dilakukannya perubahan desain, diharapkan jalan tol bertahan untuk masa waktu 40 tahun," ujar Arief.
Jalan tol Porong–Gempol sebagai pengganti jalan tol yang lenyap ditenggelamkan lumpur Lapindo dibangun sepanjang 12,1 kilometer dengan lebar 40 meter. Jalur sepanjang 7,7 kilometer berada di kawasan Kabupaten Sidoarjo, sedangkan selebihnya berada di wilayah Kabupaten Pasuruan dan dibangun di Pasuruan.
Titik awal jalan tol Porong–Gempol yang baru tersebut dimulai dari kilometer 32.300 ruas tol Sidoarjo–Porong. Sebelum berujung di Gempol, ruang jalan tol baru tersebut melewati sejumlah desa di Kabupaten Sidoarjo, yakni Desa Pesawahan, Kedungboto, Candisari, Pamotan, Lajuk, Kesambi, Juwet Kenongo hingga masuk wilayah Kecamatan Porong; Desa Ketegan dan Desa Randengan, Kecamatan Tanggulangin. Kemudian sejumlah desa di Kabupaten Pasuruan, seperti Desa Kejapanan dan Desa Legok.
Akibat terjadinya perubahan desain jalan tol Porong–Gempol, posisi jalan tol terpisah dengan jalan arteri serta rel kereta api yang juga dibangun baru sebagai pengganti yang ada saat ini. Semula, jalan tol, jalan arteri dan rel kereta api dibangun sejajar. Jalan tol di bagian tengah yang diapit jalan arteri dan rel kereta api. "Terlalu berisiko kalau tetap bertahan dengan desain awal. Kalau terjadi tanah ambles, maka jalan tol ikut rusak. PT Jasa Marga rugi lagi," papar Arief.
Kebutuhan lahan untuk membangun jalur jalan tol Porong–Gempol yang baru tersebut seluas 50 hektare, sedangkan total biaya yang dibutuhkan mencapai Rp 800 miliar. "Pembangunan jalan tol dimulai 2012, menunggu selesainya pembebasan lahan," ucap Arief.
Menanggapi perubahan desain jalan tol Porong–Gempol, Bupati Sidoarjo Saiful Illah meminta agar pelaksanaan relokasi jalan tol tersebut berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Tujuannya, untuk mengatasi persoalan pembebasan lahan yang sering menemui kendala. "Panitia Pembebasan Tanah sudah bisa bekerja," katanya.
EKO WIDIANTO