JAKARTA--MICOM: Universitas Indonesia (UI) akan membangun medical physic center dengan berbasis pada teknologi alat kesehatan nuklir.
Rencana UI ini mendapat dukungan Batan, Bapeten, IAEA, maupun Kementerian Ristek dan Kementerian Kesehatan.
"Dengan teknologi baru di bidang kesehatan nuklir, biaya kesehatan pun akan menjadi murah karena mempersingkat waktu terapi dari empat bulan menjadi sebulan," kata Kepala Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) Hudi Hastowo di Jakarta, Senin (25/7).
Ia didampingi Deputi Direktur Jendral Badan Atom Internasional (IAEA) Bidang Sains dan Aplikasi Iptek Nuklir, Daud Mohammad.
Hudi mengatakan, dalam perkembangan ilmu kesehatan belakangan ini, banyak penyakit yang bisa dideteksi menggunakan nuklir.
Dia mencontohkan untuk mengetahui cedera kepala, penyakit kanker, jantung, kini menggunakan alat kesehatan nuklir.
''Dengan deteksi dini ini, pengobatannya juga lebih tepat. Misalnya untuk kanker, pengobatannya pun tepat sasaran untuk mengurangi efek radiasi,'' kata Hudi.
Untuk mewujudkan medical physic center tersebut, dibutuhkan tenaga yang handal untuk mengoperasikan alat kesehatan.
''Nantinya IAEA, Batan, Bapeten akan membantu menyediakan tenaga ahli yang dilatih sesuai standar keamanan nuklir internasional. Program Batan pun akan masuk dalam pendidikan tersebut. Ini semua juga harus didukung Ditjen Dikti,'' jelas Hudi.
Tenaga yang dilatih harus memiliki sertifikat terlebih dahulu sebelum praktik di lapangan. Dalam kesempatan itu delegasi IAEA yang dipimpin Daud Mohammad mendukung rencana UI tersebut.
''Sekarang ini perkembangan nuklir di bidang kesehatan, pangan, air, dan pertanian sangat maju. Indonesia melalui Batan sudah teruji cukup bagus dalam mengembangkan teknologi tersebut. Dan terutama dalam mengedepankan keselamatan.'' (Nda/OL-9)