Gubernur Sumsel Herman Deru bersama Kepala Badan Karantina Indonesia, Sahat Manaor Panggabean saat melepas ekspor komoditas unggulan Sumsel disela launching aplikasi GoExport, di Pelabuhan Boom Baru Palembang. Foto : Humas Pemprov Sumsel
Sumatera Selatan (Sumsel) kembali mencatatkan langkah maju di sektor perdagangan internasional. Peluncuran aplikasi GoExport Sumsel bukan sekadar inovasi teknologi, tetapi menjadi tonggak penting dalam upaya daerah mengamankan identitas komoditas lokal agar tak lagi "menumpang nama" provinsi lain di pasar global.
Selama bertahun-tahun, banyak produk unggulan Sumsel—mulai dari kopi hingga hasil perkebunan—mengalir ke luar negeri melalui pelabuhan dan administrasi provinsi lain. Akibatnya, kontribusi ekspor tersebut nyaris tak tercermin dalam statistik maupun dampak ekonomi daerah asal.
Dengan sistem ketelusuran berbasis digital, GoExport memungkinkan setiap komoditas ekspor dilacak secara detail, dari kebun dan gudang hingga pelabuhan tujuan. Setiap produk dilengkapi identitas asal yang terverifikasi, menjadikan Sumsel sebagai provinsi pertama yang benar-benar menerapkan konsep traceability ekspor secara menyeluruh.
Kepala Badan Karantina Indonesia, Sahat Manaor Panggabean, menilai langkah Sumsel sebagai terobosan yang dapat menjadi rujukan nasional. Menurutnya, sistem ini memperkuat pengawasan sekaligus membuka ruang intervensi cepat jika terjadi masalah pada produk ekspor.
"Kalau muncul kendala di negara tujuan, kita tidak lagi meraba-raba. Asal daerahnya jelas, dan perbaikan bisa langsung dilakukan di sumbernya," ujarnya.
Lebih dari sekadar kepentingan administrasi, sistem ini menjawab tuntutan pasar global yang kini semakin ketat terhadap isu keamanan pangan, keberlanjutan lingkungan, dan transparansi rantai pasok. Konsumen internasional tak lagi hanya membeli produk, tetapi juga cerita di balik asal-usulnya.
Gubernur Sumsel Herman Deru menegaskan GoExport merupakan instrumen strategis untuk mengembalikan nilai ekonomi ekspor ke daerah dan pelaku usaha lokal.
"Petani, buruh, hingga pelaku UMKM kita bekerja di Sumatera Selatan. Sudah seharusnya ekspornya juga tercatat sebagai milik Sumsel," katanya.
Ia menekankan bahwa penguatan ekspor harus dibangun sebagai ekosistem, bukan berdiri sendiri. Mulai dari produksi, manajemen, hingga tenaga kerja, semuanya harus terhubung dalam satu sistem yang berkelanjutan.
Sementara itu, Kepala Balai Karantina Pertanian Sumsel Sri Endah Ekandari menjelaskan GoExport dikembangkan untuk menjawab ketimpangan data ekspor, khususnya pada komoditas unggulan seperti kopi. Padahal, Sumsel berkontribusi sekitar 27 persen terhadap produksi kopi nasional.
"Lewat aplikasi ini, asal komoditas menjadi jelas dan tercatat resmi sebagai ekspor Sumatera Selatan," jelasnya.