Ilustrasi bulan sabit di atas Masjid Süleymaniye (Suleymaniye Mosque) yang terletak di Istanbul, Turki. Foto: Ahmed Mulla/Unsplash
Bulan Jumadil Akhir adalah bulan ke-6 dalam kalender Islam (Hijriah). Bulan ini merupakan "pintu gerbang" menuju bulan-bulan istimewa seperti Rajab, Sya'ban, dan puncaknya di Ramadan. Namun, di samping itu terdapat fakta menarik yang bisa diulik. Kenapa bulan ini dalam bahasa Arab memiliki arti beku atau keras? Apakah pada bulan tersebut terdapat salju atau es? Untuk mengetahui lebih dalam latar belakangnya, kita perlu menengok kembali sejarah pembentukan kalender Qamariyah oleh bangsa Arab kuno.
Asal-Usul Nama "Jumadil"
Dalam bahasa Arab kata Jumadil diambil dari Jumada yang memiliki arti beku, padat, dan keras. Ibnu Manzhur, salah satu cendekiawan Islam, menjelaskan bahwa penamaan ini merujuk pada kondisi yang terjadi di bulan tersebut yang sangat dingin sehingga membuat air-air membeku. Dalam bahasa Arab disebut Jamadul Ma' atau kondisi air yang membeku.
Dalam Lisan al-Arab karya Ibnu Manzhur, dijelaskan bahwa bangsa Arab kuno ketika menamai bulan, mereka menamainya sesuai dengan musim yang terjadi pada saat itu. Pada bulan Jumadil Awal dan Akhir, saat itu bertepatan dengan puncak dingin yang sangat menusuk tulang, di mana kondisi tersebut membuat air-air di gurun membeku.
Kenapa Ada Jumadil Awal dan Akhir?
Bulan Jumadil dibagi menjadi 2 bulan, yaitu Jumadil Awal dan Jumadil Akhir. Pembagian ini terjadi bukan tanpa alasan, bangsa Arab kuno membaginya karena Ada dua faktor utama:
1. Durasi Musim Dingin: musim dingin pada bulan tersebut berlangsung lama, tidak hanya berlangsung selama satu bulan bahkan memakan waktu selama dua bulan. Oleh karena itu bangsa Arab membaginya menjadi dua yaitu: bulan Jumadal Ula (kebekuan pertama) dan bulan Jumadal Tsani atau Akhirah (kebekuan kedua atau terakhir).
2.Pola "Sepasang" Kalender Arab: bangsa Arab memiliki pola "sepasang" dalam kalender Arab, karena dalam satu musim biasanya mencakup dua putaran bulan. Contohnya Musim Semi (Rabi'): Ada Rabiul Awal dan Rabiul Akhir (Masa bunga bermekaran atau rerumputan hijau yang berlangsung 2 bulan).
Selisih 11 Hari yang "Ajaib"
Meskipun dinamakan bulan beku, namun pada kenyataannya bulan Jumadil Akhir terkadang jatuh di musim panas, musim semi, lalu kembali lagi ke musim dingin (beku). Hal ini dikarenakan adanya "Wow Factor" atau faktor luar biasa dalam perbandingan penanggalan Bulan (Qomariyah/Hijriah) dan Matahari (Syamsiyah/Masehi) terletak pada selisih waktu dan pergeseran musimnya. Tahun Matahari memiliki sekitar 365 hari, sedangkan tahun Bulan hanya sekitar 354 hari. Oleh karena itu kedua tahun tersebut memiliki perbedaan 11 hari atau biasa disebut selisih 11 hari yang "Ajaib".
Sejarah "Panas" di Bulan "Beku"
Di balik namanya yang dingin, Jumadil Akhir justru menyimpan sejarah yang "panas" membara. Salah satunya adalah Perang Yarmuk (13 H). Perang ini merupakan pertempuran epik pasukan Khalid bin Walid melawan Kekaisaran Bizantium (Romawi Timur). Perang ini berlangsung selama 6 hari lamanya, saking panasnya perang tersebut sampai diibaratkan oleh para ahli sejarah sebagai "David vs Goliath". Perang ini diakhiri dengan kemenangan mutlak pasukan Islam dan keruntuhan dominasi Kekaisaran Bizantium.
Makna Spiritual
Perlu diketahui bahwa penamaan bulan Hijriah itu bersifat Sunnatullah (ketetapan alam) yang berkaitan erat dengan musim di Jazirah Arab, namun maknanya disempurnakan oleh Islam sebagai sarana ibadah. Meskipun air bisa membeku oleh cuaca yang dingin, namun hati dan ibadah jangan sampai membeku di bulan ini, terlebih lagi bulan Jumadil Akhir merupakan gerbang 3 bulan mulia yaitu Rajab, Sya'ban, dan Ramadan. Oleh karena itu bulan Jumadil Akhir adalah bulan persiapan bagi para Muslim untuk menghadapi bulan yang hangat dan mulia selanjutnya.