Ilustrasi keluarga main bersama. Foto: Nattakorn_Maneerat/Shutterstock
Seorang ibu dengan akun Instagram @gesygevani membagikan video yang membuat banyak orang tua tersenyum dan merasa mengalami hal yang sama. Dalam unggahannya, ia menulis, "Anak pertama yang membuatku ingin punya banyak anak, anak kedua yang membuatku berpikir, 'kayaknya cukup deh'.
Kalimat sederhana ini menggambarkan betapa berbeda karakter anak pertama dan anak kedua dalam sebuah keluarga. Apakah Anda juga merasakannya, Moms?
Menurut Psikolog Klinis, Raden Mutiara Puspa Wijaya, M.Psi., Psikolog, perbedaan ini bukan sekadar kebetulan. Secara psikologis, urutan lahir memang berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak.
Kenapa Kakak dan Adik Punya Karakter yang Berbeda?
Anak pertama biasanya tumbuh dengan ekspektasi yang lebih besar. Sejak kecil, mereka belajar bahwa perhatian dan pujian dari orang tua sering datang ketika mereka bersikap "baik", "dewasa", atau "mengerti kondisi".
Tak hanya itu, anak pertama juga sering menjadi "proyek pembelajaran" orang tua dalam menerapkan pola asuh, sehingga tanpa disadari ia memikul tekanan untuk jadi teladan.
Ilustrasi keluarga dengan dua anak. Foto: Hananeko_Studio/Shutterstock
"Selain itu, karena pernah menjadi satu-satunya anak, anak pertama cenderung dekat dengan figur orang dewasa. Ia meniru cara berpikir dan bersikap yang lebih matang, sehingga terlihat lebih tenang, hati-hati, dan patuh terhadap aturan," ucap Mutiara saat dihubungi kumparanMOM, Sabtu (1/11).
Sementara, adik-adiknya dibesarkan dalam suasana keluarga yang sudah lebih santai. Orang tua sudah berpengalaman, tidak lagi terlalu tegang, dan aturan bisa jadi lebih fleksibel. Hal ini memungkinkan anak kedua atau ketiga untuk lebih ekspresif, spontan, aktif, bahkan berani mengambil risiko. Mereka tumbuh dalam lingkungan yang lebih ramai, sehingga keterampilan sosialnya lebih cair dan respons emosinya lebih lepas.
Tips Seimbangkan Pola Asuh pada Anak dengan Karakter Berbeda
Ilustrasi keluarga muda bahagia Foto: Shutterstock
Mutiara menekankan beberapa hal penting:
-Jangan menjadikan kakak sebagai 'mini orang tua'
Biarkan ia tetap menjadi anak-anak yang bisa salah, belajar, dan bermain, tanpa harus selalu memberi contoh sempurna.
-Tunjukkan bahwa aturan berlaku sama untuk semua anak
Tidak hanya kakak yang harus "mengalah".
-Hindari membandingkan anak
Setiap anak unik dan berhak dihargai atas dirinya sendiri.
-Pahami bahasa cinta masing-masing anak
Cara perhatian yang tepat membantu memenuhi kebutuhan emosional mereka.
"Orang tua perlu menunjukkan bahwa aturan berlaku untuk semua anak, bukan hanya kakak. Dan jangan membanding-bandingkan anak," tutup Mutiara.