Katanya, nggak semua orang punya hati yang besar untuk meminta maaf. Orang yang berani mengakui kesalahan dan mengucap maaf sering dianggap punya lapang dada dan kedewasaan emosional. Tapi bagaimana kalau kata "maaf" ini justru keluar terlalu sering di tempat kerja?
Ternyata, kebiasaan minta maaf secara berlebihan bisa berdampak negatif terhadap citra profesional dan kepercayaan diri. Yuk, simak selengkapnya di bawah ini.
Mengapa ada orang yang keseringan minta maaf?
Ilustrasi perempuan di kantor. Foto: Shutter Stock
Kamu mungkin tidak sadar sudah terlalu sering meminta maaf dalam percakapan sehari-hari di kantor. Kebiasaan ini terbentuk dari berbagai faktor psikologis dan sosial.
Pertama, ada dorongan perasaan ingin diterima oleh lingkungan. Banyak orang merasa harus menyesuaikan diri dan menjaga hubungan baik dengan rekan kerja. Berdasarkan riset yang dipublikasikan dalam Social Psychological and Personality Science, kebiasaan meminta maaf bahkan ketika tidak bersalah bisa membuat seseorang tampak lebih disukai. Namun, efek ini hanya sementara. Dalam jangka panjang, justru bisa menimbulkan persepsi bahwa kamu tidak punya pendirian kuat.
Kedua, adanya perasaan bahwa kita harus selalu tampil sempurna di hadapan orang lain. Di dunia kerja yang kompetitif, kesalahan sekecil apa pun bisa menimbulkan rasa tidak nyaman. Akibatnya, sebagian orang merasa perlu melampirkan kata maaf setiap kali berkomunikasi agar tetap terlihat sopan dan berhati-hati.
Ketiga, faktor sosial. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih sering meminta maaf dibanding laki-laki. Hal ini disebabkan oleh ekspektasi sosial yang menanamkan nilai kesopanan dan empati lebih tinggi pada perempuan.
Alasan kamu tidak perlu terlalu sering meminta maaf di tempat kerja
Ilustrasi perempuan di kantor. Foto: Shutter Stock
Minta maaf tentu penting, tapi kalau terlalu sering diucapkan tanpa alasan yang jelas, justru bisa menimbulkan kesan negatif. Di lingkungan profesional, kata "maaf" yang berlebihan bisa membuatmu terlihat tidak percaya diri. Rekan kerja atau atasan bisa menilai kamu kurang kompeten dalam mengambil karier, keputusan, atau tidak yakin dengan kemampuan sendiri.
Selain itu, kebiasaan ini bisa membuat kata "maaf" jadi kehilangan maknanya. Saat kamu benar-benar melakukan kesalahan serius, permintaan maafmu mungkin tidak lagi terdengar tulus karena sudah terlalu sering digunakan untuk hal-hal kecil.
Oleh karena itu, penting untuk menggunakan kata "maaf" secara bijak. Ucapkan hanya ketika memang diperlukan agar tetap menunjukkan empati dan tanggung jawab tanpa mengorbankan wibawamu.
Kenali waktu yang tepat untuk mengeluarkan kata maaf di tempat kerja
Ilustrasi minta maaf. Foto: Shutterstock
Tidak berarti kamu harus berhenti meminta maaf sama sekali. Ada saat-saat ketika kata maaf memang layak diucapkan. Misalnya, ketika:
Kamu melakukan kesalahan yang berdampak pada orang lain, misalnya lupa mengirim laporan tepat waktu atau memberikan informasi yang keliru.
Kamu menyebabkan orang lain mengalami ketidaknyamanan, seperti datang terlambat ke rapat atau memotong pembicaraan rekan kerja.
Kamu ingin memperbaiki hubungan profesional setelah terjadi kesalahpahaman atau konflik kecil.
Dalam situasi seperti ini, kata maaf menunjukkan rasa tanggung jawab dan penghargaan terhadap orang lain. Namun, jika kamu hanya ingin minta maaf karena takut disalahpahami, coba dipikirkan matang-matang. Soalnya siapa tahu penjelasan atau ucapan terima kasih justru menjadi alternatif yang lebih tepat.
Apa yang sebaiknya kamu katakan, daripada meminta maaf
Ilustrasi minta maaf. Foto: SrideeStudio/Shutterstock
Dalam hal-hal tertentu, kalau kamu ingin tetap terdengar sopan dan menghargai orang lain tanpa ucapan maaf, kamu bisa ganti dengan ungkapan yang punya makna serupa. Misalnya, "terima kasih ya udah mau menunggu, ini laporannya" atau "aku belum begitu paham bagian ini, bisa tolong bantu jelasin?".
Nah, kalimat-kalimat sederhana seperti ini sopan dan tetap memperlihatkan bahwa kamu menghargai waktu serta usaha orang lain tanpa merendahkan diri sendiri.