Sumber : https://www.pexels.com/photo/photo-of-grand-mosque-during-dawn-460680/
Pada awal-awal Islam studi Islam baru dilaksanakan di masjid-masjid, hal ini menunjukkan bahwa masjid bukan hanya tempat ibadah spiritual semata melainkan pengkajian Islam juga dilaksanakan.
Masa tersebut telah dimulai dari Masa Nabi Muhammad Saw, teruk ke masa Khalifah Al-Rasyidin sampai kepada masa Mu'awiyah, kegiatan studi ini sampai di Madinah para sahabat dan juga para kaum Muhajirin melaksanakan kegiatan studi Islam di serambi masjid Nabawi Madinah, mereka ini juga disebut ahlu al-Suffah. Studi Islam di Madinah ini berlangsung sampai akhir abad ke-4 H perido madinah
Memasuki awal abad ke-5 H studi Islam berkembang pesat pada masa 'Abbasiyah yang dikenal dengan istilah golden age atau masa keemasan. Masa ini studi Islam sudah mulai meningkat di kota-kota sudah dibangun sekolah-sekolah, perpustakaan yang bernama baitul hikmah itu menjadi kunjungan dan rujukan para ilmuwan lintas negara. Bahkan naskah-naskah kuno filsafat Yunani diterjemahkan kedalam bahasa Arab dan sangat didukung oleh Khalifah Al-Ma'mun (813-833 M) bahkan Al-Ma'mun mengutus untuk mencari naskah-naskah kuno tersebut.
Terbukti masa keemasan tersebut terbilang banyak para tokoh-tokoh Islam yang bermunculan dan tumbuh besar pada masa ini, sebut saja misalnya Ibn Sina seorang filsuf muslim yang juga ahli kedokteran di Eropa namanya harum dan terkenal dan ia dijuluki dengan avicenna sebuah julukan kehormatan yang disematkan oleh orang Eropa kedalam dirinya tidak dibuat-buat begitu saja.
Karya monumentalnya msalnya Qanun fi Al-Tib sebuah karya mnumental dari Ibn Sina, selanjutnya kitab al-Syifa Adalah ensiklopedia yang berfokus pada filsafat, logika, dan berbagai cabang ilmu pengetahuan
Di bidang kepakarannya dalamilmu kedokteran ia juga memperkenalkan eksperimen dan hitungan cermat dalam berbagai jenis penyakit menular
Selain Ibn Sina, masa Abbasiyah stdi Islam muncu ulama-ulama mazhab seperti Imam Hanafi , Imam al-Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hambal, dalam Bidang Sufi muncul Abu Hamid Al-Ghazali yang juga pernah memipin sebagai rektor Universitas Nizamiyah di Baghdad
Tokoh-tokoh muslim diatas tidak diragukan keilmuannya mereka multidisiplin ilmu, bukan hanya ilmu agama tapi ilmu-ilmu umum pun merek menguasai dengan baik.
Studi Islam di Barat
Studi Islam di Barat memunculkan para orientalis untuk menelusuri mulai dari budaya, agama ketimuran. para orientalis seperti disebutkan oleh KH Sirajuddin Abbas ada yang disuruh pemerintah negaranya untuk melakukan studi demi mencari titik kelemahannya
Sebut saja misalnya Snouck Hurgronje yang pernah lama di Aceh beliau sempat pergi ke Makkah untuk mencari dan mendalami ilmu agama itu sendiri bahkan tidak jarang ia lebih paham ilmu agama daripada orang Islam itu sendiri tetapi sayangnya ia tidak dapat hidayah ilmunya digunakan hanya sebagai knowledge hanya sebatas itu tidak sampai kepada jiwa dan pengayatannya.
Marhamah Saleh menyebutkan biasnya fokus studi Islam oleh orientalis pada pribadi Muhammad Saw dan tentang Al-Qur'an mereka mengkritik pribadi Nabi Muhammad Saw misalnya tentang istri Nabi lebih dari satu mereka, bagi mereka tidak layak seorang Nabi banyak istri karena terkesan dengan hawanafsu, pada term ini para orientalis tidak paham Islam sepenuhnya, sehingga mengatakan seperti itu, karena mereka mempelajari Islam itu hanya dari luar saja atau casenya saja tidak sampai ke inti ajaran agamanya, sesungguhnya Nabi menikahi para wanita janda itu demi keselamatan mereka karena suami suami mereka gugur di medang jihad perang bukan untuk hawanafsu.
Selanjutnya tentang Al-Quran Mereka mengatakan itu karangan Nabi Muhammad Saw bukan dari Tuhan, tetapi H.A.R Ghib mengatakan kalau itu karangan pribadi Muhammad kenapa tidak ada tandingannya, terbukti sampai sekarang belum ada yang bisa membuat seperti Al-Qur'an.
Belajar studi Islam ke Barat jurus pertama adalah harus kuat akidah dulu, kalau tidak iman bisa goyah. Karena para pengajar atau dosennya masih banyak yang beragama selain Islam.
Namun tidak pula bisa menyalahkan belajar Islam ke Barat, karena ada juga yang lunak dan positif orientalis memahami Islam tercatat masa 1500-1650 sehingga menambah sumbangsih khazanah keilmuan Islam salah satunya Mu'jam Mufahras li alfaz al hadits al Nabawi karya Wensinck, Tarikh Adab al-A'rabi karya Karl Brockelmann.
Disamping itu, muncul orientalis baru seperti Montgomery Watt, Louis Massignon untuk mengkritisi dan mengomentari anomali orientalis lama
Studi Islam di Timur Tengah
Studi Islam di Timur Tengah mempunyai ciri khas hafalan daripada metodologi, ada yang menyebut bahwa di Barat Kaya Metodologi tapi lemah materi sebaliknya di Arab kaya materi, lemah metodologi namun secara materi tentulah Arab lebih unggul.
Universitas Nizhamiyah di Baghdad yang berdiri tahun 455H/1063M perpustakaan kampus ini termasuk yang termegah di Baghda yakni bayt Al-Hikmah yang dibangun oleh al-Makmun(813-833 M) salah seorang ulama besar yang pernah mengajar disana adalah Imam Al-Ghazali (1058-1111 M) usia kampus ini hanya sekitar dua abad yang pada akhirnya hancur akibat penyerbuan bangsa Mongol dibawah kepemimpinan Hulagu Khan tahun 1258 M.
Selanjutnya, Universitas Al Azhar Cairo Mesir, dimana kurikulum yang dipakai berdasarkan ajaran sekte syiah pada tahun 362 H/972 M yaitu pada khalifah keenam al Hakim Biamrillah Daulat Fathimiah, ia juga membangun perpustakaan bayt al-Hikmah seperti nama perpustakaan di Baghdad
Selanjutnya pada tahu 567 M / 1171 M Daulat Fathimiah ditumbangkan oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi yang mendirikan Daulah Al- Ayubiah (1171-1269 M) dan menyatakan tunduk kembali ke Daulah Abbasiyah di Baghdad
Kurikulum di Al Azhar dirombak total dari aliran Syiah ke aliran Sunni. Kampus Al-Azhar ini telah berdiri sejak abad ke-10 sampai abad ke-21 ini.
Studi Islam di Indonesia
Di Indonesia studi Islam terhimpun dalam beberapa fase, diantaranya mulai dari pendidikan Islam di Langgar atau mushalla dimana banyak para tokoh-tokoh lahir berkat mengabdi di surau suaru atau masjid yang dibangun di kampung itu
Selanjutnya, pesantren juga merupakan studi center pendidikan Islam karena di pesantren mendapatkan pelajaran agama Islam secara kompleks
Di masa kerajaan Islam para raja maupun sultan menyediakan majelis ilmu seperti majelis taklim kepada rakyatnya
Sampai pada era modern studi Islam di Indonesia mulai dikenal dengan kelas, bangku, lokal seperti sekarang ini
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam seperti UIN merupakan manifestasi dari studi Islam di Indonesia saat ini. Karena ditubuh UIN itu sendiri terdapat banyak studi Islam yang bisa banyak digali dan dipelajari secara mendalam.