Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan paparan saat konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Senin (22/9/2025). Foto: Asprilla Dwi Adha/ANTARA FOTO
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyinggung pembangunan kilang minyak yang sudah lama tak dilakukan Indonesia. Untuk itu, ia meminta PT Pertamina (Persero) untuk mempercepat pembangunan jika memiliki rencana pembangunan kilang minyak.
Sebelumnya, ia menyoroti persoalan energi di Indonesia yang hingga kini masih bergantung pada impor produk minyak dari luar negeri, terutama Singapura. Ia menyinggung Indonesia tidak pernah lagi membangun kilang minyak baru sejak terakhir kali pada tahun 1988 yaitu Kilang Balongan.
"Jadi, enggak ada silang pendapat. Hanya memastikan kalau mereka punya rencana (bangun kilang), dijalankan dengan cepat. Supaya kita bisa menghemat subsidi kan," kata Purbaya usai makan siang di kantin Ditjen DJP, Jakarta Selatan pada Rabu (1/10).
Dengan begitu, menurut Purbaya nantinya Indonesia tak perlu bergantung pada impor produk minyak dari luar negeri utamanya Singapura.
"Di samping itu juga value added-nya akan sebagian diciptakan di sini, bukan di negara lain," ujarnya.
Suasana Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap di Jawa Tengah, Rabu (27/8/2025). Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
Sebelumnya, Purbaya mengingatkan, rencana pembangunan tujuh kilang baru oleh Pertamina yang dijanjikan sejak 2018 hingga kini tak ada satu pun yang terealisasi. Menurutnya, hal ini membuat Indonesia terus merugi karena harus mengimpor produk minyak jadi dari luar negeri.
"Dulu mereka janji dalam lima tahun akan bangun tujuh kilang. Sampai sekarang enggak ada satu pun. Jadi kita rugi besar, karena kita impor dari Singapura," tegasnya.
Ia menambahkan, parlemen juga perlu ikut mengawasi Pertamina agar proyek-proyek strategis benar-benar berjalan. Jika tidak ada progres, pemerintah tak segan memangkas anggaran bahkan mengganti pimpinan perusahaan.
Purbaya mengungkapkan dirinya bahkan pernah menawarkan solusi alternatif kepada Pertamina dengan melibatkan investor asing untuk pembangunan kilang. Namun, usulan itu ditolak dengan alasan kelebihan kapasitas.
Menurut Purbaya, kelemahan di sektor hilir energi ini membuat subsidi semakin berat ditanggung negara. Padahal, jika kilang baru dibangun, Indonesia bisa lebih mandiri dan subsidi bisa ditekan agar tepat sasaran.