F1 Academy, Tempat Para Perempuan dilatih Menembus Dunia Motorsport - juandry blog

Halaman ini telah diakses: Views
kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
F1 Academy, Tempat Para Perempuan dilatih Menembus Dunia Motorsport
Oct 22nd 2025, 15:30 by kumparanWOMAN

F1 Academy. Foto: Jim Watson/AFP
F1 Academy. Foto: Jim Watson/AFP

Salah satu seri motorsport yang paling dinantikan di seluruh dunia, Grand Prix Singapura 2025, baru saja selesai digelar di Singapura pada 3–5 Oktober silam dengan George Russell dari Mercedes sebagai peraih podium pertama. Sepanjang menonton ajang balapan, penggemar F1 mungkin ada yang bertanya, "Kenapa tidak ada satu pun pembalap F1 perempuan?".

Jawabannya bukan karena Formula 1 melarang perempuan berpartisipasi dalam motorsport ini. Namun karena didominasi oleh laki-laki, maka muncul persepsi seolah-olah olahraga ini hanya untuk kaum Adam saja. Untuk itu, F1 Academy hadir. Yuk, simak apa itu F1 Academy dan sejarah perempuan dalam motorsport di sini.

Apa itu F1 Academy?

F1 Academy. Foto: Giuseppe Cacace/AFP
F1 Academy. Foto: Giuseppe Cacace/AFP

F1 Academy diluncurkan pada 2023 menjadi langkah konkret Formula 1 dalam mengembangkan dan mempersiapkan pembalap perempuan muda agar dapat naik ke jenjang kompetisi yang lebih tinggi. Program ini dirancang untuk memberi akses latihan, pengalaman balapan, serta dukungan teknis dan mental kepada para pembalap yang berusia antara 16 hingga 25 tahun.

Dengan spesifikasi mobil setara Formula 4, F1 Academy menjadi gerbang awal bagi talenta muda perempuan menuju Formula 3 dan akhirnya ke jalur "Road to F1".

Dalam dua musim perdananya, F1 Academy telah melahirkan 13 pemenang balapan berbeda, termasuk juara Marta García dan Abbi Pulling. Kedua pembalap tersebut akan mendapat dukungan penuh dari F1 untuk melanjutkan karier di level lebih tinggi. Setiap musimnya, lima tim berpengalaman di kategori junior seperti F2 dan F3 mengelola total 15 mobil, dengan tambahan satu "Wild Card" untuk pembalap berbakat dari wilayah tuan rumah.

Bagi yang belum familiar dengan sistem tingkatan kategori balapan di F1, F4 merupakan kategori untuk entry-level atau pemula, lalu F3 merupakan kategori untuk pengantar menuju F3, sementara itu F2 menjadi kategori pengantar menuju F1, terakhir F1 merupakan kategori teratas untuk para profesional.

Mengapa ada F1 Academy?

F1 Academy. Foto: Giuseppe Cacace/AFP
F1 Academy. Foto: Giuseppe Cacace/AFP

Pertanyaan besar yang kerap muncul di dunia balap adalah: mengapa hampir tidak ada perempuan di Formula 1?

Secara regulasi, tidak ada aturan yang melarang perempuan ikut serta. Namun, hambatannya justru muncul dari sistem dan budaya yang telah lama terbentuk. Perempuan sering kali menghadapi keterbatasan sejak tahap awal karier, baik dalam hal dukungan finansial, kesempatan latihan, maupun eksposur media.

Dilansir The New York Times, Susie Wolff, mantan pembalap dan kini Managing Director F1 Academy, menyebut bahwa peluang untuk mencapai F1 membutuhkan banyak elemen yang harus tersusun sempurna sejak dini.

Selain memberikan kesempatan balapan, program ini juga berfungsi sebagai platform edukasi dan representasi. Semakin banyak perempuan yang tampil di lintasan akan menciptakan panutan baru bagi generasi berikutnya. Hal ini diharapkan mampu mengubah persepsi publik tentang siapa yang "layak" berada di dunia balap.

Sejarah F1 dari sudut pandang perempuan

F1 Academy. Foto: Giuseppe Cacace/AFP
F1 Academy. Foto: Giuseppe Cacace/AFP

Perempuan telah hadir di dunia motorsport sejak akhir abad ke-19. Nama-nama seperti Hélène van Zuylen dan Camille du Gast menjadi pionir ketika masih banyak larangan sosial terhadap perempuan yang ingin berlaga di ajang motorsport. Namun, dalam sejarah Formula 1 modern, hanya ada lima perempuan yang pernah mencoba masuk ke kejuaraan dunia sejak 1950, yakni Maria Teresa de Filippis, Lella Lombardi, Divina Galica, Desiré Wilson, dan Giovanna Amati.

Maria Teresa de Filippis menjadi perempuan pertama yang melakukan start di Grand Prix Belgia 1958. Sementara Lella Lombardi mencetak sejarah sebagai satu-satunya perempuan yang pernah meraih poin di F1, dengan finis keenam di Spanyol tahun 1975. Selain itu, setelah Giovanna Amati gagal lolos kualifikasi pada 1992, belum ada lagi perempuan yang turun dalam balapan resmi F1.

Meski begitu, sejumlah nama perempuan sampai saat ini telah mengisi posisi penting di belakang layar. Contohnya, Susie Wolff yang pernah tampil di sesi latihan F1 tahun 2015, sementara Hannah Schmitz kini menjadi Principal Strategy Engineer di tim Red Bull. Lalu, ada Claire Williams yang juga pernah menorehkan sejarah sebagai pemimpin tim F1 perempuan hingga 2020. Sejarah ini memperlihatkan bahwa kehadiran perempuan di F1 bukan hal yang mustahil, meskipun memang secara kuantitas masih jarang.

Bagaimana posisi perempuan di F1 saat ini

Marta Garcia di F1 Academy. Foto: Instagram @f1academy
Marta Garcia di F1 Academy. Foto: Instagram @f1academy

Saat ini, masih belum ada pembalap perempuan di F1, F2, atau F3. Namun, F1 Academy menjadi sinyal bahwa perubahan sedang berlangsung dan mungkin untuk terjadi. Tidak menutup kemungkinan dalam waktu dekat pembalap perempuan akan turut bertanding di laga F1. Semua tim F1, mulai dari Aston Martin, Ferrari, McLaren, Mercedes, sampai Red Bull Racing, kini mendukung setidaknya satu pembalap perempuan di program ini.

Lalu, masalah lainnya terletak pada finansial dan akses yang terbatas. Banyak pembalap perempuan yang terlambat memulai karier karena keterbatasan sponsor dan infrastruktur. Upaya F1 Academy menurunkan biaya partisipasi dari €150.000 (Rp 2,55 miliar) menjadi €100.000 (Rp 1,7 miliar) pada 2024 menjadi upaya F1 Academy dalam memperluas kesempatan.

Selain itu, penelitian terbaru juga mulai mempelajari bagaimana faktor fisiologis, psikologis, sampai biologis mungkin mempengaruhi perempuan dalam melakukan balapan, termasuk pengaruh siklus menstruasi terhadap performa fisik mereka. Kajian ini dapat menciptakan pendekatan pelatihan yang lebih adil dan ilmiah agar perempuan bisa mendapatkan akses seluas-luasnya dalam berpartisipasi di ajang motorsport bergengsi seperti F1.

Penulis: Zulfa Salman

BACA JUGA: Perjalanan Panjang Aturan Busana Atlet Perempuan di Olahraga, Kerap Jadi Polemik

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url