Mengenal Istilah Botanical Sexism - juandry blog

Halaman ini telah diakses: Views
kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Mengenal Istilah Botanical Sexism
Aug 24th 2025, 14:38 by kumparanWOMAN

Bunga pohon Tabebuya dengan warna putih menghiasi jalanan sepanjang Jalan Sudirman, Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Bunga pohon Tabebuya dengan warna putih menghiasi jalanan sepanjang Jalan Sudirman, Foto: Nugroho Sejati/kumparan

Ladies, kamu sudah pernah dengar soal istilah seksisme? Iya, seksisme berarti suatu kepercayaan kalau satu jenis kelamin itu lebih superior daripada jenis kelamin lainnya. Nah, ternyata ada juga loh istilah botanical sexism atau seksisme botani. Kok, bisa ya ada seksisme di tanaman? Simak artikel di bawah ini untuk penjelasannya, ya.

Apa itu istilah botanical sexism?

Warga melintas di bawah pohon Tabebuya yang mulai bermekaran di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Sabtu (28/9/2024).  Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Warga melintas di bawah pohon Tabebuya yang mulai bermekaran di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Sabtu (28/9/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

Jadi, sama halnya dengan makna seksisme, botanical sexism atau seksisme botani menurut Cordis berarti kecenderungan perencana kota untuk menggunakan tanaman jantan karena kekhawatiran akan buah yang dihasilkan oleh pohon betina. Misalnya, khawatir nanti pohon-pohonnya harus lebih sering dirawat, menarik hama yang tidak diinginkan, dan mengotori jalanan dengan buah yang jatuh.

Istilah yang diciptakan oleh seorang ahli hortikultura bernama Thomas Orgen menimbulkan pertanyaan seperti, "memang kenapa kalau lebih banyak pohon jantan yang ditanam?".

Nah, ternyata dari tendensi penanaman pohon jantan yang terlihat "sepele" ini, berpotensi timbul masalah yang serius, Ladies.

Masalah yang timbul dari botanical sexism

Bunga pohon Tabebuya dengan warna kuning di sepanjang Jalan Sudirman, Jakarta. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Bunga pohon Tabebuya dengan warna kuning di sepanjang Jalan Sudirman, Jakarta. Foto: Nugroho Sejati/kumparan

Pemilihan tanaman di ruang hijau perkotaan perlu dipikirkan juga tingkat alergenitasnya. Di Indonesia, istilah alergi pollen atau alergi terhadap serbuk sari mungkin belum banyak diketahui orang. Sementara itu, negara seperti Jepang, Australia, dan Amerika Serikat lebih peka mengenai masalah ini.

Dilansir Guardian, salah satu kota di Jepang, Tokyo, merupakan wilayah yang rawan alergi pollen. Survei pemerintah setempat menemukan bahwa setengah populasi kota ini menderita hay fever. Jumlah ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata global yang diperkirakan 10–30%.

Alergi pollen memiliki bahaya seperti menyebabkan asma, rinitis, sampai gangguan kulit dan lebih banyak memengaruhi anak-anak. Berdasarkan pedoman Rinitis Alergi dan Dampaknya terhadap Asma (ARIA), rhinitis alergi diperkirakan mempengaruhi sekitar 500 juta orang.

Lalu, hubungannya alergi ini dengan botanical sexism apa, ya?

Bias terhadap spesies pohon jantan ini menyebabkan jumlah serbuk sari (organ reproduksi tanaman jantan) terlepas dalam jumlah besar. Serbuk sari ini dapat meningkatkan konsentrasi alergen di udara dan berpotensi memperburuk gejala alergi pada orang yang sensitif, Ladies.

Namun, ini tidak berlaku untuk semua tanaman. Karena ada juga tanaman yang bersifat monoecious alias memiliki organ reproduksi jantan dan betina dalam satu individu. Itu artinya istilah "botanical sexism" lebih relevan untuk spesies monoecious yang telah diklon menjadi jantan atau spesies dioecious yang terpisah jantan dan betina seperti pohon ginkgo, pohon dedalu, dan pohon melinjo.

Kalau kamu kerap mengalami reaksi alergi seperti bersin-bersin berulang, hidung tersumbat, mata berair yang terasa gatal dan merah, tenggorokan iritasi, sampai batuk dan kelelahan, bisa jadi kamu mengidap rhinitis alergi yang penyebabnya bisa dipicu serbuk sari, debu, atau bulu hewan.

Untuk menghindari spekulasi dan menjaga kesehatan diri serta orang terkasih, jika mengalami reaksi alergi yang disebutkan di atas bisa segera melakukan pengecekan ke klinik atau rumah sakit terdekat ya, Ladies.

Penulis: Zulfa Salman

BACA JUGA: Kisah Sedih di Balik Penanaman Pohon untuk Rayakan Bayi Perempuan di India

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url