Kisah Perjuangan Ibu yang Mengalami Plasenta Perkreta hingga Harus Angkat Rahim. Foto: Shutter Stock
Sebuah kisah haru dibagikan seorang suami saat istrinya harus menghadapi kondisi medis serius menjelang persalinan. Sang istri divonis mengalami plasenta perkreta, yaitu kondisi di mana ari-ari tumbuh menembus dinding rahim hingga melekat ke kandung kemih.
Kondisi ini membuat tim medis harus segera melakukan tindakan operasi besar demi menyelamatkan nyawa ibu dan bayi. Lewat akun Instagram @radenalgaprayoga, menjelang operasi, sang ibu terlihat tenang, bersiap diri sambil memanjatkan doa agar ia dan janin di dalam kandungan bisa selamat.
Namun, situasi berubah menjadi genting. Selama operasi, tim medis membutuhkan 36 labu darah atau sekitar 18 liter. Sang ibu sempat mengalami kondisi kritis, kehilangan kesadaran, hingga koma, setelah rahimnya harus diangkat serta kandung kemihnya robek.
Beruntung, sang bayi berhasil lahir dalam kondisi sehat meski harus dirawat di NICU. Bayi ini dilahirkan prematur di usia kandungan 32 minggu. Meski sempat melewati masa-masa sulit dan menegangkan, akhirnya sang ibu perlahan keluar dari masa kritis. Kini, kondisi keduanya terus membaik.
Apa Itu Plasenta Perkreta pada Kehamilan?
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, dr. Andrew Yurius Christian, SpOG., mengatakan, kondisi plasenta akreta dibagi menjadi 3 stadium, yaitu akreta, inkreta, dan perkreta.
Ilustrasi ibu hamil. Foto: Shutter Stock
"Plasenta akreta adalah kondisi plasenta atau ari-ari menempel pada otot rahim," kata dr. Andrew kepada kumparanMOM, Senin (16/6).
Kemudian, pada plasenta perkreta, ari-ari menembus hingga ke luar rahim dan dapat menempel pada organ di sekitar rahim, seperti kandung kemih. Kondisi ini umumnya didapatkan pada ibu dengan riwayat operasi caesar dan adanya posisi plasenta previa totalis.
Lantas, kenapa ibu dengan kondisi plasenta perkreta perlu diangkat rahim?
"Diperlukan angkat rahim dikarenakan kondisi perlengketan hebat ke dalam atau hingga keluar otot rahim, maka plasenta tidak dapat dilepas manual sehingga jika dipaksa lepas maka akan menyebabkan perdarahan hebat yang berisiko kematian pada ibu," ucap dr. Andrew.
Kondisi ini bisa dicegah dengan mengurangi tindakan persalinan dengan operasi caesar di kehamilan sebelumnya, Moms.