Jemaah haji mengunjungi Raudah Makam Nabi Muhammad di Masjid Nabawi menggunakan tasreh, Sabtu (18/5/2024). Foto: Dok. MCH 2024
Maimunah Zebua berdiri menatap Masjid Nabawi. Tatapan penuh haru sampai meneteskan air mata mengiringi pandangannya ke masjid yang berada di bawah langit Kota Madinah tersebut.
Perasaan Maimunah campur aduk. Ada rasa cinta, syukur, kebahagiaan, hingga kesedihan di balik keberangkatannya bertamu ke Baitullah tahun ini. Sebab, Maimunah memenuhi panggilan-Nya untuk menggantikan ibu tercintanya, Darwati Pulungan, yang wafat sebelum sempat menginjakkan kaki di Tanah Suci.
Maimunah mengenang sosok ibundanya adalah wanita sederhana dari Mandailing, Tapanuli Utara. Selama lebih dari satu dekade, ibunda Maimunah menantikan panggilan beribadah haji.
Perempuan 48 tahun ini mengungkapkan, Darwati memutuskan mendaftar sebagai calon haji reguler pada 2012. Harapannya agar bisa menunaikan haji pada usia yang masih prima.
Pandemi 2020 Mengubah Rencana
Jemaah haji menjaga jarak sosial saat melakukan tawaf wada, di Makkah, Arab Saudi, (2/8/2020) akibat pandemi Covid-19. Foto: Kementerian Media Arab Saudi
Darwati saat itu diperkirakan berangkat ke Makkah pada 2020. Namun, pandemi COVID-19 mengubah segala rencana. Keberangkatan Darwati ditunda dengan diiringi rasa khawatir dalam hatinya.
"Saya masih ingat saat Ibu bilang, 'Apakah saya masih punya kesempatan berangkat sebelum usia saya terlalu tua?' Saya bilang, 'Sabar, Bu, nanti pasti ada jalannya.' Ternyata jalannya bukan untuk Ibu," kenang Maimunah sambil menahan tangis saat berbincang dengan petugas Media Center Haji, dikutip pada Kamis (8/5).
Petugas memeriksa koper jemaah haji Indonesia kloter 12 asal embarkasi Batam yang akan diberangkatkan ke Madinah di Makkah, Arab Saudi, Rabu (26/6/2024). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
Pada 2024, Darwati sempat masuk dalam daftar cadangan untuk keberangkatan haji. Beberapa waktu setelah itu, Darwati menerima kabar menggembirakan yaitu namanya terpilih berangkat haji dan dapat melunasi biaya haji untuk segera berangkat ke Tanah Suci tahun ini.
Tanpa ragu, Darwati segera melunasi biaya senilai total Rp 52 juta, membeli perlengkapan haji lengkap, dan menyiapkan segala sesuatunya dengan penuh semangat.
"Semua sudah dipersiapkan oleh Ibu, pakaian ihram, koper, alat salat, semuanya sudah siap. Namun, sayang, takdir berkata lain," ujar Maimunah dengan tatapan penuh haru.
Ibu Pergi Mendadak
Pada 16 Januari 2025, hanya beberapa bulan sebelum musim haji dimulai, Darwati mengembuskan napas terakhir pada usia 67 tahun. Kepergiannya datang begitu tiba-tiba. Tanpa sakit yang lama atau tanda-tanda yang mencolok.
Maimunah merasa seolah tak ada waktu untuk berduka panjang. Karena dunia seakan berhenti sejenak ketika ia kehilangan ibunda yang sangat dicintainya.
Ibu pergi begitu cepat, tanpa sempat menginjakkan kaki di Tanah Suci," tutur Maimunah, suaranya bergetar.
Maimunah merasa seperti sedang berada dalam mimpi. Tak menyangka setelah semua persiapan, dia yang harus menggantikan perjalanan yang seharusnya dilakukan ibundanya.
Namun, sebagai anak yang tahu betul akan tekad dan impian ibundanya, Maimunah merasa inilah amanah yang harus dijalankan. Tidak ada pilihan lain selain melanjutkan apa yang sudah direncanakan ibundanya.
Masjid Nabawi di Madinah saat malam menjelang. Foto: X/@alharamainSA
Butuh Perjuangan Urus Dokumen
Proses administrasi penggantian porsi haji bukanlah hal yang mudah. Maimunah harus berjuang keras untuk menyelesaikan semua dokumen dan prosedur. Dia harus melakukan perjalanan darat berjam-jam antara Medan dan Tapanuli Utara untuk mengurus semuanya.
"Dari Medan ke Tapanuli Utara itu jauh, hampir 12 jam hingga 14 jam perjalanan darat. Saya bolak-balik untuk mengurus dokumen-dokumen yang diperlukan," jelas Maimunah.
Meski melelahkan, Maimunah merasa tidak ada yang lebih penting dibanding menunaikan amanah tersebut. Hanya dalam waktu kurang dari seminggu, semuanya selesai. Maimunah resmi terdaftar sebagai pengganti ibundanya untuk menunaikan haji pada musim haji 2025.
"Semua sudah dibayar, semua perlengkapan sudah siap, tinggal saya yang harus menjalankannya," ujar Maimunah.
Jemaah haji kloter I tiba di Madinah. Foto: Dok. Media Center Haji
Perjalanan Pengganti Kerinduan
Kini, Maimunah sudah tiba di Madinah. Dia termasuk dalam kloter pertama jemaah haji asal Sumatera Utara.
Namun, keberangkatan yang tergesa-gesa membuatnya tidak sempat mengikuti manasik haji.
"Semuanya terasa terlalu cepat. Rasanya seperti saya belum selesai berduka, tapi sudah harus berangkat ke sini. Tapi saya percaya ini jalan yang sudah ditentukan," ungkap Maimunah.
Maimunah Zebuah, jemaaf haji yang berangkat ke Tanah Suci karena menggantikan ibundanya yang wafat. Foto: Afifun Nidlom/Media Center Haji
Baginya, perjalanan ini adalah pengganti kerinduan yang tak bisa disampaikan oleh ibundanya. Setiap langkah yang diambilnya adalah bentuk penghormatan, doa, dan cinta yang tak terucapkan.
Dalam setiap tawaf, sa'i, dan lemparan jumrah, Maimunah bakal menyisipkan nama ibundanya dalam setiap doa yang dipanjatkannya. Menurutnya, ini adalah ibadah yang dijalani untuk dua orang, yaitu dirinya sendiri dan ibundanya yang telah lama mendambakan ke Tanah Suci.
Semua yang saya lakukan di sini, saya lakukan untuk Ibu. Setiap doa yang saya panjatkan, saya berharap Allah menerima dan mengampuni segala dosa Ibu. Ini adalah perjalanan kami berdua," tutur Maimunah.
Dengan hati yang penuh harapan, Maimunah berdoa di setiap sudut Tanah Suci, memohon agar Allah memberikan ampunan dan berkah kepada ibundanya yang kini telah tiada.