Dec 6th 2024, 08:12, by Habib Allbi Ferdian, kumparanSAINS
Theopiste Maloko (42) petugas kesehatan setempat, dan seorang perawat mengumpulkan sampel kulit dari Angelika Lifafu (6) untuk tes cacar monyet, di pusat kesehatan Yalolia, di Tshopo, Republik Demokratik Kongo, Senin (3/10/2022). Foto: Arlette Bashizi/Reuters
Penyakit misterius menyebar di sebuah wilayah di pedesaan Republik Demokratik Kongo (DRC), Afrika Tengah. Sejauh ini, penyakit tersebut telah menewaskan 143 orang hanya dalam waktu satu bulan.
Menurut laporan Associated Press (AP), kematian tersebut tercatat antara 10 - 25 November 2024 di zona kesehatan Panzi, di provinsi Kwango, Kongo.
Pasien yang terserang penyakit ini umumnya mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, batuk, dan anemia. Hanya sedikit yang diketahui tentang penyakit ini.
"Tim ahli epidemiologi akan berada di wilayah tersebut untuk mengambil sampel dan mengidentifikasi penyebabnya," kata Remy Saki, Wagub Provinsi Kwango, Kongo, kepada AP.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mengirimkan tim untuk mengumpulkan sampel dan bekerja sama dengan layanan kesehatan setempat.
"Panzi adalah zona kesehatan pedesaan, jadi ada masalah dengan pasokan obat-obatan," kata Cephorien Manzanza, pemimpin masyarakat sipil setempat kepada Reuters.
Sementara seorang ahli epidemiologi setempat melaporkan, perempuan dan anak-anak tampaknya menjadi kelompok paling parah terkena penyakit ini. Namun, masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang kelompok mana yang sebenarnya paling berisiko.
Situasi di Kongo sendiri sebenarnya mengkhawatirkan karena sistem kesehatan di negara tersebut sedang tidak baik-baik saja akibat dampak wabah monkey pox global. Tahun ini, Kongo melaporkan lebih dari 47.000 kasus mpox dan lebih dari 1.000 kematian akibat mpox.
