Nov 3rd 2024, 09:22, by Nicha Muslimawati, kumparanBISNIS
Hakim Kepailitan di Pengadilan Amerika Serikat (AS) menyetujui usulan Tupperware untuk menjual asetnya kepada kreditur. Hal ini merupakan langkah yang dapat dilakukan perusahaan wadah makanan dan minuman asal AS itu untuk keluar dari kebangkrutan.
Dikutip dari Reuters, Minggu (11/3), persetujuan ini disetujui oleh Hakim Kepailitan AS Brendan Shannon dalam sidang pengadilan di Wilmington, Delaware, AS pada Selasa (29/10). Brendan bilang, penjualan aset Tupperware ke kreditur merupakan langkah terbaik yang ada.
Sebelumya, Tupperware telah mencari pihak yang dapat membelinya selama berbulan-bulan sebelum pengajuan kebangkrutan ke pengadilan. Namun Pengacara Tupperware Spencer Winters bilang kalau belum ada pihak yang bersedia untuk melunasi utang Tupperware sebesar USD 818 juta.
Beberapa firma investasi seperti Stonehill Capital Management Partners dan Alden Global Capital sebelumnya mengakuisisi utang Tupperware dengan potongan harga yang cukup besar pada musim panas. Firma investasi tersebut menyediakan USD 23,5 juta dalam bentuk tunai dan USD 63 juta dalam bentuk keringanan utang.
Penjualan Tupperware tersebut mencakup seluruh aset yang ada di Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Brasil, Tiongkok, Korea, India, dan Malaysia. Ke depan, CEO Tupperware Laurie Ann Goldman menyatakan kalau Tupperware berencana untuk beralih ke model bisnis yang menggunakan digitalisasi dan tidak bergantung pada aset.
Dalam catatan kumparan, Tupperware mengajukan telah status kebangkrutan ke pengadilan di Amerika Serikat pada September 2024. Langkah ini diambil setelah proses negosiasi yang berlarut-larut antara perusahaan dan para pemberi pinjaman (kreditur) dari USD 700 juta.
Saat itu, Chief Restructuring Officer Tupperware, Brian J. Fox, mengakui perusahaan saat ini dalam kondisi kesulitan keuangan, terutama penjualan yang terus anjlok.
"Menghadapi kebutuhan likuiditas yang semakin mendesak dan tekanan operasional yang terus berlanjut, perusahaan memulai kembali upaya pemasaran untuk ketiga kalinya setelah akhir pekan 4 Juli," ungkapnya.
Tupperware mengakui penjualan mereka kian anjlok sejak 2020, terutama saat pandemi COVID-19 menyerang dunia dan pendapatan terus turun.
Pada Juni tahun ini, perusahaan bahkan menutup satu-satunya pabrik di Amerika Serikat dan memberhentikan hampir 150 karyawannya.