Sep 26th 2024, 14:41, by Habib Allbi Ferdian, kumparanSAINS
Arkeolog menemukan zat aneh telah dioleskan pada kepala dan leher beberapa mumi di pemakaman Xiaohe di Tarim Basin, China Barat Laut, sekitar 20 tahun yang lalu. Zat berwarna putih itu berusia sangat tua, tapi tak seorang pun yang tahu apa itu.
Mumi-mumi di Tarim Basin berasal dari sekitar 3.300 hingga 3.600 tahun lalu, atau sekitar Zaman Perunggu. Mereka memiliki kisah asal-usul yang menarik. Namun, yang paling aneh adalah ditemukannya zat misterius di beberapa bagian tubuh mumi.
Kini, berkat kemajuan teknologi analisis DNA selama lebih dari satu dekade, tim arkeolog berhasil mengungkap misteri zat putih yang terdapat pada tubuh mumi adalah sejenis keju. Peneliti menemukannya dengan mengekstraksi DNA mitokondria dari sampel. Hasil risetnya sudah diterbitkan di jurnal Cell.
Dengan mengekstraksi DNA mitokondria, mereka menemukan DNA sapi dan kambing, dan bahkan materi genetik mikroorganisme. Peneliti menyebutkan ini adalah keju kefir yang mirip dengan yogurt tapi rasanya lebih asam dan konsisten lebih kental.
Keju ini mengandung spesies bakteri dan jamur yang sama dengan yang kita temukan dalam biji kefir di zaman modern. Ini memberikan kesempatan kepada kita untuk mempelajari bagaimana bakteri Lactobacillus kefiranofaciens berevolusi selama 3.600 tahun terakhir.
Ada dua jenis utama L. kefiranofaciens di era modern. Pertama, berasal dari Rusia yang paling banyak digunakan untuk fermentasi, dan satu lagi dari Tibet. L. kefiranofaciens dalam keju tertua di dunia sebenarnya paling mirip dengan varietas Tibet yang ada saat ini, menantang kepercayaan lama bahwa kefir berasal dari wilayah pegunungan Kaukasus Utara di Rusia.
"Pengamatan kami menunjukkan budaya kefir telah dipertahankan di wilayah Xinjiang, China Barat Laut sejak Zaman Perunggu," kata Qiaomei Fu, dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology di Chinese Academy of Science, dikutip dari IFL Science.
"Ini adalah studi yang belum pernah ada sebelumnya, yang memungkinkan kita mengamati bagaimana bakteri berevolusi selama 3.000 tahun terakhir. Selain itu, dengan meneliti produk susu, kita memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan manusia purba dan interaksi mereka dengan dunia. Ini baru permulaan, dan dengan teknologi ini, kami berharap dapat menjelajahi artefak lain yang sebelumnya tidak diketahui."
Soal kenapa keju dioleskan pada kepala dan leher mumi di Tarim Basin, peneliti menduga ini karena keju merupakan sumber daya yang berharga saat mereka masih hidup.
"Kekhawatiran utamanya adalah bahwa keju ini penting bagi kehidupan mereka," kata Fu. "Karena keju ini ditemukan di 10 makam dan mumi."