Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaku sulit menghilangkan perilaku bullying atau perundungan calon dokter spesialis di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
Salah satu di antaranya adalah kurangnya komitmen stakeholder atau kelompok dan individu yang memiliki kepentingan di sektor pendidikan dokter spesialis.
Selama menjabat sebagai Menteri Kesehatan, Budi Gunadi yang merupakan sarjana fisika nulir ITB ini mencatat sudah ada tiga kasus perundungan di PPDS.
"Perundungan ini sudah puluhan tahun tidak pernah bisa diselesaikan secara tuntas karena memang kurang komitmen dari pada stakeholder," katanya usai peresmian RS Ibu dan Anak Prof IGNG Ngoerah di Denpasar, Senin (2/9).
Penyebab lainnya adalah perundungan dianggap hal yang biasa. Bentuk perundungan mulai dari fisik, mental, finansial bahkan pelecehan seksual.
Budi Gunadi berharap seluruh stakeholder berkomitmen menghilangkan perilaku bullying. Menurutnya, melakukan perundungan bukan solusi menciptakan tenaga kesehatan yang tangguh.
"Karena memang biasa dilakukan seperti itu. Ini yang saya inginkan tekankan ini harus ditindak tegas. Pilot juga fisik harus tangguh dan mereka bisa dilatih tanpa perundungan. Jadi tidak benar bahwa perundungan itu dipakai sebagai alasan untuk menciptakan tenaga-tenaga yang tangguh," ujarnya.
Sebelumnya, dr Aulia Risma Lestari ditemukan meninggal dunia pada Senin (12/8) di kamar kosnya. Aulia merupakan dokter yang sedang mengikuti Pendidikan Program Dokter Spesialis (PPDS) Prodi Anestesi FK Universitas Diponegoro (Undip) di RSUP Dr Kariadi Semarang.
Kemenkes kemudian menghentikan PPDS program studi anestesi di RSUP Dr. Kariadi Semarang tempat korban menempuh pendidikan spesialis karena ada dugaan perundungan.
Namun, UNDIP sudah membantah soal isu perundungan yang diduga dialami dokter Risma.