Aug 5th 2024, 20:54, by Andreas Ricky Febrian, kumparanNEWS
Jumlah nelayan KM Sri Mariana yang mengalami sakitmisterius bertambah menjadi 14 orang. Sebelumnya, ada 9 orang nelayan yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Krakatau Medika (RSKM) pasca dievakuasi di Pulau Tempurung, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten pada Minggu (4/8) kemarin.
Kepala Balai Kekarantinaan Kesehatan (BKK) Pelabuhan Kelas 1 Banten, Resi Arisandi mengatakan, sebanyak 5 orang nelayan tiba-tiba mengeluh sakit sehingga harus dirujuk ke Rumah Sakit Krakatau Medika (RSKM) guna mendapat perawatan.
Menurut Resi, rata-rata para nelayan yang harus menjalani perawatan di RSKM mengeluhkan sakit di bagian kaki hingga mengalami sesak di bagian dada.
"Jadi totalnya itu 36 orang (penumpang KM Sri Mariana), 6 orang meninggal, dan sekarang bertambah lagi jadi 14 orang yang dirawat di rumah sakit, dan 16 orang masih berada di kapal," kata Resi, Senin (5/8).
"Keluhannya rata-rata nyeri di kaki dan sesak dada," imbuhnya.
Oleh sebab itu, saat ini BKK masih melakukan karantina terhadap 16 orang nelayan yang belum mengalami sakit untuk tetap berada di dalam KM Sri Mariana yang ditumpanginya.
Diketahui, saat ini posisi KM Mariana telah ditambatkan di tengah Perairan Merak atau dekat dengan Dermaga Ditpolairud Banten, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon.
"Iya masih dikarantina, masih berada di kapal (16 orang), menunggu nanti yang di kapal kita akan karantina di darat," ujar Resi.
Selain itu, kata Resi, pihaknya masih memeriksa kondisi kapal untuk menemukan adanya dugaan-dugaan lain, yang menyebabkan 6 orang nelayan meninggal dan belasan lainnya harus dirawat. Termasuk memeriksa kualitas air dan makanan yang dikonsumsi selama berada di kapal.
"Kita juga memeriksa faktor yang ada di sana (KM Sri Mariana), seperti tikus dan lainnya, kita cari supaya diagnosisnya tepat penyebab kematian ABK dan penyakit ABK tersebut, dan kita juga periksa kesehatan air dan makanannya," terangnya.
Sampai saat ini, Resi masih belum bisa memastikan dugaan penyebab tewasnya 6 orang nelayan, dan belasan lainnya harus menjalani perawatan karena menunggu hasil laboratorium.
"Sedang dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan lanjutan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLKM) Jakarta. Mudah-mudahan dari hasil laboratorium, besok sore dapat kabar hasilnya," tutup Resi.