Jul 4th 2024, 13:17, by Nicha Muslimawati, kumparanBISNIS
Riset yang dilakukan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) di media sosial X dan Google Trend, menunjukkan bahwa netizen Indonesia pesimistis presiden terpilih, Prabowo Subianto, bisa melunasi utang di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Direktur Pengembangan Big Data Indef, Eko Listiyanto, mengatakan 72,5 persen netizen pesimistis bahwa utang pemerintah akan mampu ditangani pada pemerintahan Prabowo-Gibran.
Para netizen 18.000 akun perbincangan itu menganggap Prabowo mampu enggak menangani warisan utang Jokowi? Ternyata 72,5 persen pesimis bahwa utang ini akan mampu diselesaikan, atau setidaknya bisa ditangani di pemerintahan Prabowo Gibran dalam 5 tahun ke depan," ujar Eko dalam Diskusi Publik INDEF di Tjikini Lima Jakarta, Rabu (4/7).
Angka 72,5 persen tersebut menggambarkan para penggiat sosial media sudah merasa bahwa kondisi keuangan negara semakin terlalu buruk, sehingga optimisme mulai menipis.
"Bahkan kalau perbincangan di sosial media itu sudah berbicara negara akan kolaps, walaupun dari peneliti bisa jauh. Tapi ini bisa penting, karena lonceng ketidakstabilan ekonomi sekarang referensi kita paling dekat sosial media," tutur Eko.
Eko menyebut, para gen Z menyuarakan aspirasi mereka bahwa beban utang pemerintah terlalu tinggi. Netizen juga mengeluhkan Jokowi ingkar janji bahwa utang pemerintah akan membengkak.
Pada masa kampanye presiden di 2014, Jokowi berjanji untuk mengurangi utang negara secara bertahap sehingga rasio utang terhadap PDB. Nyatanya, rasio utang negara justru naik menjadi 40 persen dari PDB dibandingkan era SBY yang hanya 24,7 dari PDB.
"Dulu awal Jokowi memerintah sempat berjanji untuk mengurangi, yang terjadi justru kita bisa tahu kenaikan utang tertinggi sepanjang sejarah republik ini di Jokowi," tambahnya.
Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dinilai netizen menjadi proyek pemerintah yang paling membebani utang. Sebab, mereka meragukan proyek ini akan gagal yang menjadi beban keuangan negara.
"Secara proporsional, IKN bukan terbesar dalam konteks utang, tapi concern para netizen. Kenapa? Kita tahu investor tidak ada yang masuk. Kebanyakan enggak pada masuk jadi mereka khawatir ini ke depan bagaimana keberlanjutannya," terang Eko.