Menilik Asal-usul Raja Ampat: Legenda Tujuh Telur dan Empat Raja

Halaman ini telah diakses: Views
Suasana di Top view of Piaynemo. Foto: Marcia Audita/kumparan
Suasana di Top view of Piaynemo. Foto: Marcia Audita/kumparan

Raja Ampat selama ini dikenal dengan kepulauannya yang sangat indah dan menawan. Destinasi wisata yang terletak di Papua Barat Daya ini enggak hanya punya panorama yang indah, tetapi juga spot diving yang menakjubkan.

Tak heran jika, Raja Ampat menjadi destinasi favorit wisatawan mancanegara (wisman) dan nusantara. Tetapi, selain keindahannya, ternyata Raja Ampat memiliki cerita rakyat yang melegenda. Legenda tersebut menceritakan asal-usul Raja Ampat yang konon berasal dari telur.

Dikutip dari akun Instagram resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), begini kisahnya.

Lahir dari Telur

Raja Ampat di Papua. Foto: Shutterstock
Raja Ampat di Papua. Foto: Shutterstock

Diceritakan ada sepasang suami istri yang tinggal di pinggir Sungai Wawage atau Kali Raja. Saat berada di tepi sungai, sang istri yang bernama Beko Deni menemukan tujuh butir telur.

Telur tersebut hendak dikonsumsi oleh sang suami, Alyab, namun sang istri menghalangi. Saat disimpan, telur-telur tersebut tiba-tiba saja menetaskan bayi manusia.

Dari tujuh telur, ada lima telur yang berhasil menetas, empat laki-laki dan seorang perempuan. Lalu, dua telur lainnya menjelma menjadi roh dan batu.

Empat Raja Berkuasa

Tetua Adat Kampung Kapatcol Yoseph Weutot bersama Petuanan Adat Yohanis Hay dan Alex Mangar laksanakan pelarungan Pon Fapon saat prosesi Tradisi Buka Sasi di Perairan Misool, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Senin (25/3) Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Tetua Adat Kampung Kapatcol Yoseph Weutot bersama Petuanan Adat Yohanis Hay dan Alex Mangar laksanakan pelarungan Pon Fapon saat prosesi Tradisi Buka Sasi di Perairan Misool, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Senin (25/3) Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO

Bayi manusia yang lahir dari telur tersebut diberi nama Giwar, Tusan, Mustari, Pin Take dan Kilimuri. Bayi ini tumbuh dewasa dan mereka hidup bersama-sama di Kali Raja, hingga pada suatu ketika mereka bertengkar dan kemudian berpisah.

Giwar tetap tinggal di Kali Raja dan menjadi Raja Waigeo, Tusan menguasai wilayah Salawati, Mustari menguasai Pulau Miso, dan Kilimuri memisahkan diri ke Pulau Seram.

Sedangkan Pin Take, dihanyutkan ke laut oleh saudara-saudaranya yang merasa malu, karena hamil tanpa adanya suami.

Pin Take terdampar di Pulau Numfor dan bertemu dengan Manar Maker, seorang tokoh mitos masyarakat Biak-Numfor.

Foto udara terumbu karang dan biota laut di kawasan konservasi perairan wilayah sasi Kampung Kapatcol, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Selasa (26/3/2024). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Foto udara terumbu karang dan biota laut di kawasan konservasi perairan wilayah sasi Kampung Kapatcol, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Selasa (26/3/2024). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO

Kemudian, Pin Take melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Kurabesi. Ketika dewasa, Kurabesi kembali ke Kali Raja dan bertemu pamannya Fun Giwar.

Kurabesi, Fun Giwar dan anak Giwar yang bernama Mereksopen, membantu Raja Tidore berperang melawan Raja Ternate.

Sebagai hadiah kepada Kurabesi atas kemenangan melawan Ternate, dia dinikahkan dengan putri Sultan Tidore, Boki Taiba.

Kurabesi dan istrinya kemudian menetap di Wauyai, Waigeo, Raja Ampat sampai akhir hidupnya.

Meski demikian, ada banyak versi yang mengisahkan asal-usul Raja Ampat. Secara garis besar bisa dibedakan menjadi dua, periode setelah tokoh Kurabesi dan sebelum Kurabesi.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url