5 Tradisi Unik Idul Adha di Indonesia, Manten Sapi hingga Meugang - juandry blog

Halaman ini telah diakses: Views
kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
5 Tradisi Unik Idul Adha di Indonesia, Manten Sapi hingga Meugang
Jun 9th 2024, 12:36, by Gitario Vista Inasis, kumparanTRAVEL

Ilustrasi melihat hilal. Foto: ANTARA FOTO/Saiful Bahri
Ilustrasi melihat hilal. Foto: ANTARA FOTO/Saiful Bahri

Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan 1 Zulhijah 1445 jatuh pada tanggal 8 Juni 2024. Dengan demikian, Idul Adha jatuh pada tanggal 17 Juni 2024 (10 Zulhijah).

Di Indonesia, Idul Adha tidak hanya diwarnai dengan penyembelihan hewan kurban saja. Lebih dari itu, di berbagai daerah di Indonesia perayaan Idul Adha juga diwarnai dengan berbagai tradisi.

Tradisi ini sangat beragam, bisa dilaksanakan sebelum dan sesudah Idul Adha. Berikut tradisi Idul Adha di berbagai daerah di Indonesia, seperti dirangkum dari berbagai sumber.

1. Manten Sapi, Pasuruan

Ilustrasi sapi untuk kurban. Foto: Anis Efizudin/ANTARA FOTO
Ilustrasi sapi untuk kurban. Foto: Anis Efizudin/ANTARA FOTO

Manten Sapi merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Pasuruan. Tradisi ini menjadi bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada hewan kurban yang akan disembelih.

Menariknya, sebelum dikurbankan, sapi-sapi tersebut akan didandani secantik mungkin bak pengantin. Hewan tersebut juga dikalungkan bunga tujuh rupa, lalu dibalut dengan kain kafan, serban, dan sajadah. Pada tradisi ini, kain kafan menjadi tanda kesucian orang yang berkurban.

Setelah didandani, semua sapi akan diarak menuju masjid setempat untuk diserahkan kepada panitia kurban. Setelah diarak dan dan disembelih, daging kurban tersebut akan diolah dan disantap bersama-sama oleh warga.

2. Apitan, Semarang

Ilustrasi kurban saat lebaran idul Adha. Foto: Shutter Stock
Ilustrasi kurban saat lebaran idul Adha. Foto: Shutter Stock

Berbeda dengan Pasuruan, di Semarang perayaan Idul Adha diwarnai dengan Apitan, tradisi sebagai salah satu bentuk rasa syukur atas rezeki berupa hasil bumi yang diberikan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tradisi ini biasa diawali dengan pembacaan doa dilanjutkan dengan arak-arakan hasil tani, ternak, dan nantinya hasil tani yang diarak ini akan diambil secara berebutan oleh masyarakat setempat.

Masyarakat meyakini bahwa tradisi ini adalah tradisi wajib yang dilakukan para Wali Songo dulu sebagai bentuk ungkapan rasa syukur di perayaan Idul Adha. Tak hanya gunungan berupa hasil tani atau arak-arakan ternak, siapa pun yang menyaksikan tradisi Apitan ini juga akan disuguhkan dengan hiburan khas kearifan lokal.

3. Mepe Kasur, Banyuwangi

Tradisi turun temurun masyarakat Osing di Banyuwang, Jawa Timur. Foto: Kabupaten Banyuwangi
Tradisi turun temurun masyarakat Osing di Banyuwang, Jawa Timur. Foto: Kabupaten Banyuwangi

Mepe kasur merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kemiren, sebagai daerah asli tempat tinggal masyarakat Suku Osing.

Ritual ini digelar setiap tanggal 1 Dzulhijjah atau menjelang Hari Raya Idul Adha dan bagian dari ritual bersih desa.

Mengutip laman resmi Kabupaten Banyuwangi, warga Osing beranggapan bahwa sumber penyakit datangnya dari tempat tidur.

Sehingga mereka mengeluarkan kasur dari dalam rumah lalu dijemur di luar agar terhindar dari segala macam penyakit. Kasur dianggap sebagai benda yang sangat dekat manusia sehingga wajib dibersihkan agar kotoran yang ada di kasur hilang.

4. Gamelan Sekaten, Cirebon

Abdi dalem dan kerabat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Solo membawa gamelan sekaten Kiai Guntur Madu dan kiai Guntur Sari saat kirab menuju Masjid Agung Solo, Jawa Tengah, Selasa (13/11/18) Foto: ANTARA FOTO/Maulana Surya
Abdi dalem dan kerabat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Solo membawa gamelan sekaten Kiai Guntur Madu dan kiai Guntur Sari saat kirab menuju Masjid Agung Solo, Jawa Tengah, Selasa (13/11/18) Foto: ANTARA FOTO/Maulana Surya

Ada sebuah tradisi perayaan Idul Adha yang dipercaya merupakan dakwah dari Sunan Gunung Jati sebagai penyebar agama islam di taah Cirebon. Ialah Gamelan Sekaten, tradisi ini selalu dilakukan setiap perayaan hari besar agama Islam yaitu, Idul Fitri dan Idul Adha.

Alunan Gamelan yang berada di sekitar area Keraton Kasepuhan Cirebon, menjadi penanda bahwa umat Muslim di Cirebon merayakan hari kemenangan. Rangkaian Gamelan dibunyikan sesaat setelah sultan Keraton Kasepuhan keluar dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

5. Meugang, Aceh

Warga memilih daging sapi pada perayaan tradisi Meugang Ramadhan 1442 H di pasar tradisional Lhokseumawe, Aceh, Senin (12/4/2021). Foto: Rahmad/Antara Foto
Warga memilih daging sapi pada perayaan tradisi Meugang Ramadhan 1442 H di pasar tradisional Lhokseumawe, Aceh, Senin (12/4/2021). Foto: Rahmad/Antara Foto

Berasal dari kata Makmeugang, tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu ini sudah sangat familiar untuk masyarakat Aceh terutama di saat hari-hari besar keagamaan.

Tradisi ini identik dengan makan daging sapi atau kerbau bersama yang diolah dengan beraneka ragam masakan. Sejarah Meugang awal diselenggarakan pada masa kerajaan Aceh dengan memotong hewan dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat.

Tradisi ini merupakan ungkapan syukur atas kemakmuran tanah Aceh dan sampai saat ini tetap dilestarikan oleh seluruh masyarakat Aceh saat menyambut hari-hari besar suci umat Islam.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url