May 15th 2024, 12:00, by Fajarina Nurin, kumparanWOMAN
Cara mengatasi KDRT pada anak penting untuk diketahui. Sebab, trauma anak akibat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat membekas dalam jangka panjang.
Berdasarkan laman Very Well Mind, dampak langsung yang dialami anak-anak setelah menyaksikan atau mengalami KDRT yang perlu diperhatikan adalah masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, hingga post traumatic stress disorder(PTSD).
Maka dari itu, penting untuk mengatasi KDRT pada anak sesegera mungkin. Artikel ini akan membagikan beberapa upaya yang bisa dilakukan para orang tua.
Cara Mengatasi KDRT pada Anak
Menyaksikan atau mengalami KDRT dapat memberikan efek yang panjang pada fisik, mental, hingga ke kehidupan sehari-hari sang anak. Oleh sebab itu, melindungi anak dari tindakan kekerasan dalam rumah tangga sangat penting.
Setiap anak yang mengalami atau menyaksikan KDRT akan memberikan respons yang berbeda-beda terhadap trauma yang dialaminya. Beberapa dari mereka akan terlihat lebih tangguh, sementara sebagian lainnya akan lebih sensitif.
Keberhasilan anak untuk pulih dari trauma tersebut tergantung dengan penangan yang diberikan. Meskipun tak mungkin seorang anak melupakan tindak KDRT yang dilihat atau dialaminya, setidaknya mereka tahu apa yang harus dilakukan untuk mengontrol emosi dengan baik.
Dirangkum dari situs Very Well Mind dan Office on Women's Health, berikut ini sederet cara mengatasi KDRT pada anak yang bisa diterapkan.
1. Jadikan Keamanan Anak sebagai Prioritas
Cara pertama yang bisa dilakukan para orang tua untuk mengatasi KDRT pada anak adalah melindungi kepentingan dan kesejahteraan anak. Orang tua dapat memberikan dukungan yang dibutuhkan dari anak-anak yang mengalami KDRT, seperti untuk meninggalkan lingkungan yang penuh kekerasan.
Cara ini dapat mencegah mereka mengalami kekerasan lebih lanjut dan memberi kesempatan agar mereka dapat tumbuh di lingkungan yang lebih sehat.
2. Memberi Tahu Anak tentang Hubungan yang Sehat
Anak-anak yang menyaksikan KDRT atau mengalaminya mungkin memiliki pandangan yang kurang tepat tentang hubungan yang romantis. Anda dapat mengajak mereka berbicara dan memberi tahu bagaimana interaksi yang sehat dalam rumah tangga. Hal ini dapat membantu mereka mengatasi dampak buruk yang ditimbulkan dari KDRT.
Anak-anak dapat diajari cara yang benar untuk menyelesaikan perselisihan dalam pertemanan, bagaimana pasangan seharusnya berhubungan satu sama lain, dan menjelaskan bahwa kekerasan tak seharusnya ada dalam sebuah hubungan.
3. Berbicara dengan Anak Bahwa KDRT Bukan Kesalahan Mereka
Banyak anak-anak yang mengalami KDRT menyalahkan diri mereka sendiri. Berbicara dengan anak bahwa hal tersebut bukan salah mereka, melainkan kesalahan orang tua. Anak juga perlu tahu bahwa mereka tak bertanggung jawab untuk memperbaiki kerusakan dalam rumah tangga tersebut.
Menyadur The National Child Traumatic Stress Network, hal lain yang perlu disampaikan kepada anak yang mengalami atau menyaksikan KDRT adalah memberi tahu bahwa mereka dapat menceritakan perasaan yang dialami saat ini. Selain itu, pihak yang membantu anak tersebut harus membuatnya tetap merasa aman.
4. Memberi Tahu Anak tentang Batasan
Anak-anak harus tahu bahwa tak ada seorang pun yang berhak menyentuh atau membuat mereka merasa tak nyaman, termasuk guru, anggota keluarga, atau orang lain.
Selain itu, anak-anak juga harus tahu mereka pun tak berhak menyentuh tubuh orang lain, apabila ada seseorang yang menyuruhnya berhenti, mereka harus segera berhenti melakukannya.
5. Membantu Anak Menemukan Pelindung
Membantu anak-anak yang mengalami KDRT untuk menemukan pendukung atau pelindung juga penting. Tak hanya orang tua, orang lain yang bisa diandalkan, yaitu konselor sekolah, terapis, atau orang dewasa tepercaya lainnya.
Konselor sekolah wajib melaporkan kekerasan dalam rumah tangga yang dialami pada anak-anak.
6. Membawa Anak untuk Mendapatkan Bantuan Profesional
Menurut laman Office on Women's Health, cognitive behavioral therapy (CBT) pada anak adalah salah satu jenis konseling yang paling cocok untuk mereka yang mengalami kekerasan. Terapi tersebut akan membantu anak-anak yang mengalami masalah mental, seperti kecemasan, akibat trauma KDRT.
Selama terapi, terapis akan membantu anak-anak mengubah pikiran negatif menjadi positif. Selain itu, terapis membantu anak-anak mempelajari cara yang benar untuk mengatasi stres.
Dampak KDRT pada anak tak hanya terlihat secara fisik, anak-anak akan mengalami masalah mental yang berdampak cukup lama. Dikutip dari Very Well Mind, berikut ini dampak jangka panjang KDRT pada anak:
1. Depresi
Anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang tak sehat dan penuh kekerasan dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang depresi. Trauma akibat melihat atau merasakan KDRT membuat anak berisiko tinggi mengalami depresi, kesedihan, gangguan konsentrasi, dan lainnya di saat dewasa.
2. Masalah Kesehatan
Tak hanya masalah kesehatan mental, pola makan yang buruk juga dapat membuat anak-anak mengalami gangguan kesehatan, seperti penyakit jantung, obesitas, hingga diabetes di masa dewasa.
Menurut studi berjudul Long Term Physical Health Consequences of Adverse Childhood Experiences, penyakit-penyakit tersebut memiliki kaitan langsung dengan kekerasan secara fisik maupun verbal yang dialami seorang anak.
3. Mengulangi Pola KDRT Orang Tua
Anak-anak yang mengalami KDRT di masa kecilnya berisiko lebih besar untuk mengulangi siklus tersebut saat sudah dewasa dan menjalin hubungan dengan orang lain.
Mengutip laman Office on Women's Health, seorang laki-laki yang melihat ibunya mendapatkan KDRT memiliki kemungkinan 10 kali lebih besar untuk melakukan hal yang sama terhadap pasangannya saat dewasa.
Sementara itu, anak perempuan yang menyaksikan ibunya mendapatkan KDRT mempunyai kemungkinan 6 kali lebih besar dalam mengalami hal yang sama saat dewasa dibandingkan anak lain yang tak mengalami hal tersebut.
Apabila mengalami atau melihat tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), segera hubungi hotline pengaduan kekerasan pada perempuan dan anak di nomor 129 (telepon) atau 081111129129 (WhatsApp).