JAKARTA - Dibalasnya surat permohonan Muhammad Nazaruddin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (sy) dinilai hanya sensasi belaka. Alasannya, surat Nazaruddin bersifat non-formal alias curhat semata.
"Sensasi lebih besar dari substansi, sibuk dengan sensasi. Kalau saya menilai soal surat sebetulnya tidak perlu presiden membalas, karena tidak ada relevansinya," kata Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, di Jakarta, Senin (22/8/2011).
Hamdi menduga, surat yang ditulis tersangka dugaan perkara suap proyek wisma atlet SEA Games merupakan taktik untuk mencoba peruntungan mendapat simpatik Partai Demokrat. Maklum, Nazaruddin sempat bersuara lantang menuduh sejumlah elite PD ikut 'bermain' dalam proyek Rp191 miliar.
Semestinya SBY mengabaikan surat Nazar lantaran proses hukum tengah berjalan di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). "Bahkan misalnya kalau presiden merespons, tidak perlu diseriusi. Kayak sinetron saja, memang anak remaja surat-suratan," kritik dia.
Kemarin SBY mengirimkan surat balasan ke rumah tahanan Mako Brimob, Depok tempat Nazaruddin ditahan. Dalam suratnya, SBY berharap Nazaruddin membuka semua informasi mengenai perkara dugaan suap proyek wisma atlet SEA Games.
SBY bahkan meminta Nazar memberi keterangan termasuk menyertakan bukti tentang dugaan keterlibatan sejumlah orang baik DPR, kementerian ataupun kader partai politik. Sementara mengenai jaminan keselamatan keluarganya, SBY meyakini lembaga penegak hukum telah melakukannya.
(teb)