TEMPO Interaktif,Jakarta - Anggota Komite Eksekutif Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Sihar Sitorus, menganggap deposito partisipasi sebesar Rp 5 miliar yang wajib disetor setiap klub yang ingin mengikuti kompetisi musim depan bukan jumlah yang besar.
"Ini ironis, beberapa klub mengatakan syarat ini memberatkan mereka, padahal mereka mengeluarkan duit lebih banyak dari yang kami syaratkan," katanya ketika dihubungi, Ahad, 7, Agustus 2011.
PSSI membuat persyaratan baru bagi klub-klub yang ingin mengikuti laga musim depan, salah satu syaratnya yaitu menyetor uang sebesar Rp 5 miliar ke PSSI sebagai deposito partisipasi. Sementara untuk klub level dua, duit yang wajib disetor ke PSSI Rp 2 miliar.
Sejumlah klub mengaku keberatan dengan syarat baru ini. Persiwa Wamena, misalnya, meminta PSSI meninjau ulang syarat tersebut karena saat ini klub-klub tak bisa lagi mendapat dana APBD. Sehingga setoran Rp 5 miliar dinilai memberatkan.
Adapun Sriwijaya FC mempertanyakan kenapa duit tersebut harus disetor ke rekening PSSI. Augie Bunyamin, Direktur Keuangan PT Sriwijaya Optimis Mandiri, perusahaan yang menangungi Sriwijaya FC, mengusulkan agar PSSI lebih baik meminta garansi bank.
Sihar membantah setoran Rp 5 miliar untuk klub di level satu memberatkan klub. Ia mencontohkan beberapa klub bahkan bisa menghabiskan hingga Rp 20 miliar per musim untuk belanja pemain. "Bahkan ada yang sampai Rp 30 miliar," katanya.
Ia mencontohkan salah satu klub besar di Bandung bisa mengeruk keuntungan hingga Rp 500 juta per pertandingan. Keuntungan tersebut hanya dari penjualan tiket. Belum termasuk duit dari sponsor klub dan sponsor liga. "Tidak berat, kok," katanya.
Adapun mengenai duit deposito partisipasi disetorkan ke PSSI, kata Sihar, bukan hal yang aneh. Sistem deposito partisipasi ini juga diberlakukan di beberapa negara seperti Jepang dan Singapura. "Kalau ada klub tidak bayar gaji pemain gimana kita nagihnya? PSSI yang bayar, dari uang deposito klub tersebut," kata Sihar.
DWI RIYANTO AGUSTIAR