TEMPO Interaktif, Jakarta - Masjid Istiqlal ternyata menjadi salah satu obyek yang wajib disambangi turis mancanegara ataupun tamu negara saat mereka berkunjung ke Jakarta. Sejak lima tahun terakhir warga negara asing yang berkunjung ke masjid ini meningkat.
"Bahkan Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg bertahan hampir 1 jam 30 menit mengamati salat Jumat di sini," ujar Wakil Kepala Seksi Hubungan Masyarakat dan Protokol Masjid Istiqlal Jamalullail, Rabu 3 Agustus 2011.
Saat ke Masjid Istiqlal beberapa waktu lalu, kata Jamalullail, Perdana Menteri Jens Stoltenberg dengan khidmat mendengarkan ceramah hingga usai salat Jumat.
Tak hanya Jens Stoltenberg yang terpesona masjid yang dirancang arisitek Frederich Silaban ini. Tercatat Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Presiden Bill Clinton, Pangeran Charles dari Inggris, Presiden Cile Sebastian Pinera, dan Wakil Ketua Umum Partai Komunis Cina Li Yuanchao juga pernah mengunjungi masjid yang sudah berusia 50 tahun ini. "Setiap tamu negara yang ke sini tak ada yang sesuai dengan jadwal. Biasanya molor," kata Jamal.
Menurut Jalalullail, selama tahun 2009 tercatat 18.727 orang asing yang mengunjungi Masjid Istiqlal. Kemudian bertambah menjadi 19.769 orang pada 2010. Dan kini semester pertama 2011 sudah mencapai 9.522 orang. "Turis asing itu suka dengan wisata pendidikan," kata dia. Selain berkunjung ke Istiqlal, mereka biasanya juga mengunjungi Museum Fatahillah dan Museum Nasional.
Masjid Istiqlal masuk dalam situs www.jakarta-tourism.go.id sebagai situs bersejarah. Dalam laman itu, selain Istiqlal, disebut juga Masjid Angke, Masjid Marunda, dan Masjid Kebon Jeruk sebagai tempat yang bersejarah.
Menurut Jamal, wisatawan asing biasanya kagum dengan arsitektur dan konstruksi masjid yang bisa menampung 77 ribu jemaah ini. "Kebanyakan mereka baru pertama kali masuk masjid," ujar dia. Bahkan saf (urutan salat) antara jemaah perempuan dan laki-laki pun menjadi perhatian. Saf antara jemaah perempuan dan laki-laki di masjid ini dibuat sejajar. "Mereka bertanya kenapa di Istiqlal jemaahnya sejajar," kata Jamal menirukan pertanyaan turis.
Sebab, kebanyakan pelancong tersebut mengetahui bahwa jemaah perempuan harus salat di belakang jemaah pria. "Saya jelaskan di dalam Islam tidak ada perbedaan kecuali tingkat ketakwaan," ujar dia. Penjelasan tersebut membuat kagum turis-turis tersebut.
Jhon, pelancong asal Australia, menuturkan bahwa kedatangannya ke Istiqlal tak semata hanya berwisata. "Saya sedang belajar Islam," ujar penganut Nasrani ini yang ditemui di Masjid Istiqlal. Jhon mengaku sudah dua kali mengunjungi Istiqlal. Bagi dia, masjid yang berlokasi di Jakarta Pusat ini sangat mengesankan. Selain besar, masjid ini menurut dia pasti memerlukan waktu yang lama untuk membangunnya.
DIANING SARI